Entri Populer

Kamis, 23 Februari 2012

ABU BAKAR AS SHIDDIQ r.a

Abu bakar as shidiq
Demokrat Penegak Keadilan
Hanya dalam 2,5 tahun kepemimpinannya, rakyat mencatatnya sebagai khalifah (pemimpin) Islam yang sukses memberantas kemiskinan, menciptakan stabilitas sosial dan politik, serta solidaritas kemanusiaan yang tanpa batas. Sekalipun dia pedagang kaya, tapi kesederhanaan dan kelembutan kepribadiannya selalu mendasari setiap kebijakan dan kepemimpinannya sebagai pengganti Rasulullah SAW.Padahal, boleh dikata berbagai ancaman, disintegrasi dan cercaan yang dialamatkan kepadanya, tak kalah hebatnya dibanding pada masa Rasulullah. Namun, itu semua dihadapi dengan hati bening, jiwa lapang, dan pikiran jernih. Ia senantiasa mengembalikan semua persoalan yang dihadapinya kepada ajaran yang hanif.
Abu Bakar bernama lengkap Abdullah bin Abi Kuhafah At-Tamimi. Nama kecilnya adalah Abdul Ka’bah. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah karena cepatnya dia masuk Islam (assaabiquunal awwaluun, yakni golongan pertama yang masuk Islam). Sedang Ash Shiddiq yang berarti ‘amat membenarkan’ adalah gelar yang diberikan kepadanya lantaran ia segera membenarkan Rasulullah SAW dalam berbagai peristiwa.
Dari garis kedua orang tua, Usman bin Amir bin Amr bin Sa’ad bin Taim bin Murra bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Talib bin Fihr bin Nadr bin Malik (ayah), dan Ummu Khair Salama binti Skhar (suku Quraisy) terlihat, Abu Bakar termasuk dari suku terhormat, yakni suku Taim (ayah) dan Quraisy (ibu). Kedua suku ini banyak melahirkan orang besar.
Sejak kecil, Abu Bakar dikenal sebagai anak yang cerdas, sabar, jujur dan lembut. Ia menjadi sahabat Nabi SAW sejak keduanya masih usia remaja. Karena sifatnya yang mulia itu, ia banyak disenangi dan disegani oleh masyarakat sekitar, juga lawan maupun kawan saat memperjuangkan Islam.
Abu Bakar yang juga mahir dalam ilmu hisab itu, dikenal mempunyai kedudukan istimewa di sisi Nabi SAW. Bahkan salah satu putrinya, yakni ‘Aisyah Ra, kemudian dinikahi Rasulullah.
Secara universal, sesungguhnya prototipe Abu Bakar mungkin dapat digolongkan sebagai pejuang Islam yang sejak awal konsisten membela kaum tertindas, tak pandang bulu. Seperti dikutip Jamil Ahmed dalam Seratus Muslim Terkemuka, Abu Bakar tak pernah absen dalam setiap pertempuran menegakkan kebenaran dan menumpas penindasan.
Perjuangannya itu semakin berat sejak dirinya dipilih sebagai khalifah, menggantikan Rasulullah yang wafat pada 632 M. Ketika itu, wilayah kekuasaan Islam hampir meliputi seluruh semenanjung Arabia, dan terdiri berbagai suku.
Terpilihnya Abu Bakar yang juga disepakati kalangan sahabat itu dinilai tepat saat negara dalam kondisi tak menentu. Dalam pidato baiat yang dilakukan di Masjid Nabawi, Madinah, Abu Bakar antara lain menyatakan, “Orang yang lemah di antara kalian akan menjadi kuat dalam pandangan saya hingga saya menjamin hak-haknya seandainya Allah menghendaki, dan orang yang kuat di antara kalian adalah lemah dalam pandangan saya sehingga saya dapat merebut hak daripadanya.
Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya.”
Sebagai pemimpin, kedermawanan dan solidaritas kemanusiaannya terhadap sesama tak diragukan lagi. Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, kekayaannya mencapai 40.000 dirham, nilai yang sangat besar saat itu. Kekayaan itu seluruhnya didedikasikan bagi perjuangan Islam. Soal ini, sejarawan Kristen Mesir, Jurji Zeidan, punya komentar menarik. Katanya, “Zaman khalifah-khalifah yang alim adalah merupakan keemasan Islam.
Khalifah-khalifah itu terkenal karena kesederhanaan, kejujuran, kealiman, dan keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki 40.000 dirham, jumlah yang sangat besar waktu itu, akan tetapi ia habiskan semua, termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan demi memajukan agama Islam.
Ketika wafat, tidaklah ia mempunyai apa-apa kecuali uang satu dinar. Ia biasa jalan kaki ke rumahnya maupun kantornya. Jarang terlihat dia menunggang kuda…”
Keikhlasannya yang luar biasa demi kemakmuran rakyat dan agamanya itu, kata Jurji, sampai-sampai menjelang wafatnya, Abu Bakar memerintahkan keluarganya untuk menjual sebidang tanah miliknya dan hasilnya dikembalikan ke masyarakat sebesar jumlah uang yang telah ia ambil dari rakyatnya itu sebagai honorarium, dan selebihnya agar diberikan kepada Baitulmal wat Tamwil, lembaga keuangan negara.
Stabilitas dan keamanan masyarakat, di antaranya yang paling menonjol dalam ‘rapor’ pemerintahan Abu Bakar. Karena dinilai sebagai amanat negara, Abu Bakar mengangkat Umar bin Khaththab sebagai kadi (hakim).
Namun, selama setahun sejak diangkat sebagai kadi tak satupun pengaduan dari masyarakat muncul. Ini karena rakyat terbiasa hidup jujur dan bersih dibanding masa sebelum Islam. Sementara Ali, Usman, dan Zaid bin Tsabit diangkat sebagai khatib.
Di medan pertempuran, sang khalifah juga mengajarkan bagaimana berperang yang baik. Sepuluh pesan yang kerap disampaikan khalifah yang wafat pada 13 H, dalam usia 63 tahun itu, ketika hendak melepas pasukannya ke medan perang adalah: “Jangan berkhianat, jangan berlebih-lebihan, jangan menipu (berbuat makar), jangan membunuh lawan dengan cara-cara sadis, jangan membunuh anak-anak, lelaki lanjut usia, dan wanita.
Juga jangan menebang pohon-pohon kurma yang sedang berbuah, jangan melakukan pembakaran, jangan menyembelih domba, sapi, dan unta kecuali hanya untuk sekadar kebutuhan makan dagingnya. Nanti kalian akan berjumpa dengan orang-orang yang bertapa dalam biara, maka biarkanlah mereka dan jangan mengusiknya.”n hery s/berbagai sumber
Dijamin Masuk Surga
Menjadi Muslim yang baik dan selalu taat pada agamanya tidaklah mudah. Tapi jalan menuju hal itu selalu terbuka. Sejarah mencatat, Abu Bakar satu dari sekian banyak sahabat Rasulullah yang dengan tegar dan tabah menghadapi berbagai cobaan dan tantangan dalam mengamalkan ajaran Islam.
Tapi jangan pula ditanya seberapa besar kesetiaan Abu Bakar kepada Rasulullah, atau sejauh mana kualitas keimanannya kepada Allah.
Soal ini, Nabi sendiri dalam banyak sabdanya secara khusus berujar tentang diri dan kebaikan Abu Bakar. Kata Nabi SAW, seperti diriwayatkan Imam Bukhari, “Sesungguhnya Allah mengutusku kepadamu dan kamu berkata, “Engkau dusta! Sedangkan Abu Bakar berkata, “Dia benar.” Abu Bakar menyantuni aku dengan dirinya dan hartanya.
Tidakkah kalian berhenti mengganggunya. Sesudah itu, Abu Bakar tak lagi diganggu.” Masuknya Abu Bakar ke dalam Islam pun tak kalah pentingnya sebagai ‘ibrah (hikmah) kita semua. Kisah itu berawal ketika Abu Bakar bertemu Rasulullah. Kepada Rasul terakhir ini, ia bertanya, “Ya Muhammad apakah benar apa yang dituduhkan kaum Quraisy (kaumnya Abu Bakar sendiri, Red) terhadapmu bahwa kamu meninggalkan tuhan-tuhan kita, merendahkan akal pikiran kita dan mengkufuri ajaran-ajaran nenek moyang kita?” “Ya benar! Sesungguhnya aku ini Rasul Allah dan Nabi-Nya.
Allah mengutus aku untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengajakmu kepada Allah yang benar. Demi Allah, itu adalah hak. Aku mengajakmu, hai Abu Bakar kepada Allah Yang Esa, tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Janganlah kamu menyembah selain Allah dan patuh serta taatlah kepada-Nya,” jawab sang Nabi. Abu Bakar pun masuk Islam.
Sejak masuknya Ash Shiddiq ke agama terakhir ini, perjungan dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah makin kuat. Ia yang termasuk periode awal para pemeluk Islam itu, menjadikan seluruh jiwa, raga dan harta Abu Bakar, hanya untuk perjuangan dakwah Rasulullah.
Perlindungan dan pengorbanannya setiap saat terhadap sang Rasul pun dilakukannya sampai-sampai ia tak memedulikan lagi dirinya sendiri. Soal ini, Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Majah dan Imam Tirmizi, bersabda, “Tiada seorang pun bermanfaat bagiku hartanya sebagaimana bermanfaat bagiku harta Abu Bakar.”
Sosok Abu Bakar yang memang memiliki sifat-sifat yang sama seperti Rasulullah, di antaranya amanah, tablig (menyampaikan), fathanah (cerdas), teguh pendirian dan taat beragama, rendah diri dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain, itulah yang membuat Rasulullah dalam banyak hal memberikan kepercayaan pada diri Abu Bakar.
Dengan kepemilikan hartanya yang cukup banyak, lantaran ia memang saudagar kaya di masanya, Abu Bakar menjadikan seluruh harta yang dimilikinya hanya untuk mengabdi di jalan-Nya. Sekalipun dalam kondisi sakit misalnya, Abu Bakar senantiasa menyambut ajakan amal baik. Seperti dijelaskan sahabat Umar bin Khaththab, “Aku tidak pernah mendahului Abu Bakar dalam mengamalkan kebajikan. Dia yang selalu mendahuluiku.”
Perjuangan dan pengorbanan Abu Bakar yang penuh keikhlasan itu oleh Allah akan dibalas dengan surga. Sebagaimana diceritakan Abu Dzaar Ra, ketika Rasulullah masuk ke rumah ‘Aisyah Ra, beliau mengatakan Abu Bakar termasuk dalam al ‘asyarah al mubasysyiriina bil jannah (sepuluh orang yang dijamin Rasulullah bakal masuk surga). Dalam kelompok ini juga ada Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair Ibnul Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Said bin Zaid, dan Abu Ubaidah Ibnul Jarrah.


“Penghulu Para sahabat”

Shalat subuh hari itu tak seperti biasanya. Rasulullah yang biasa memimpin sholat subuh berjamaah tidak bisa hadir dikarenakan sakit. Mata teduh Rasulullah yang setiap kali menyapa wajah sahabat sebelum shalat, pagi itu tidak ada. Abu Bakar yang menjadi orang kedua setelah Rasulullah, telah bersiap-siap untuk menjadi imam pengganti dengan segala keberatan hati. Namun ketika hendak melakukan sholat, terlihat Rasulullah menyibak tirai kamar Aisyah. Sebagian sahabat mengira bahwa Rasulullah akan memimpin shalat seperti biasa. Abu Bakar pun mundur dan masuk ke dalam shaf makmum. Tapi dugaan mereka salah, dari dalam kamar Rasulullah melambaikan tangan, memberi isyarat agar shalat diteruskan dan Abu Bakar menjadi pemimpinnya. Rasulullah menutup kembali tirai jendela dengan gerakan sangat lemah.

Seluruh jamaah seperti tercekam hati dan perasaannya, mereka bertanya-tanya dalam hati, apakah sudah tiba waktunya Rasulullah meninggalkan kita semua. Ketika hari beranjak siang, sakit Rasulullah pun bertambah berat. Disisinya, Fatimah menemani sampai detik-detik terakhir. Rasulullah sempat membisikkan kata-kata kepada Fatimah, “Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini”. Kemudian pupuslah bunga hidup manusia mulia itu. Dan kabar sedih itu pun cepat sekali menyebar.

Pada suatu tempat, di sebuah dataran tinggi, tampak debu mengepul dengan dahsatnya. Terlihat seekor kuda sedang dipacu Abu Bakar dengan kencangnya. Ia berhenti di depan masjid dan melompat turun masuk kedalam masjid dan langsung menemui Aisyah. Dan kemudian melihat tubuh yang terbujur kaku dipembaringan dengan kain penutup warna hitam. Sebentar dibukanya kain penutup itu, dan dipeluknya jasad Rasulullah. Dan tangisnya pun meledak.

Kemudian Abu Bakar keluar dari rumah dan mendapati Umar berdiri menancapkan pedangnya dan berkata, “siapa saja yang berkata Rasulullah meningal, akan saya potong kaki dan tangannya. Kematian Rasulullah belum bisa diterimanya. Setelah beberapa kali menarik nafas panjang, Abu Bakar tampak bersiap-siap berkata, “ Barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tetapi jika kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tak pernah meninggal.”

Abu Bakar berhenti sejenak,kemudian melanjutkan lagi. Kini Ia melantunkan ayat…

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن
يَنقَلِبْ عَلَىَ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللّهَ شَيْئاً وَسَيَجْزِي اللّهُ الشَّاكِرِينَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul pakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [3:144]

Semua orang termenung, menundukkan kepala dalam-dalam. Ayat yang dibacakan Abu Bakar telah manyadarkan mereka. Seakan-akan ayat ini tak pernah turun sebelum dibacakan Abu Bakar. Umar terjatuh, kedua kakinya seakan tak sanggup menyangga berat badanya. Lututnya tertekuk, tangannya menggapai pasir.

Di kemudian hari, Umar berkata, “Demi Allah, setelah mendengar Abu Bakar membaca ayat tersebut, saya seperti limbung, hingga saya tak kuasa menahan kedua kaki saya dan saya pun tertunduk ke tanah saat mendengarnya. Kini saya sudah tahu bahwa Rasulullah telah meningal dunia.”

Demikianlah Abu Bakar, disaat banyak orang lemah ia berusaha untuk tetap tegar. Ia seperti sebuah oase bagi musafir ditengah sahara. Ia seperti embun pagi yang menyejukkan saat dada dan kepala sedang terbakar. Abu Bakar adalah telaga kebijakan.

Abu Bakar termasuk pelopor muslim pertama. Ia adalah orang yang mempercayai Rasulullah disaat banyak orang menganggap beliau gila. Abu Bakar termasuk orang yang siap mengorbankan nyawanya untuk membela Rasulullah, disaat banyak orang hendak membunuh Rasulullah. Nama awal Abu Bakar sebenarnya Abdullah bin Abu Quhafah. Dalam literature lain disebutkan bahwa nama Abu Quhafah bukan nama sebenarnya. Utsman bin Amir adalah nama lain Abu Quhafah..

Sebelum islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki, namun meninggal. Sampai kemudian hari ia bernadzar bahwa ia akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk mengabdi pada Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar kecil.

Setelah Abu Bakar lahir dan besar, ia diberi nama Atiq. Nama ini diambil dari nama lain ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk islam , Rasulullah memanggilnya dengan nama Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam islam. Dan Bakar berarti dini atau awal.

Kelak sepeninggal Rasulullah, kaum muslimin mengangkatnya sebagai khalifah pengganti Rasulullah. Tidak mengherankan, karena sebelum Rasulullah meninggal dunia pun , Abu Bakar telah menjadi orang kedua setelah Rasulullah. Rasulullah secara tak langsung memilih Abu Bakar menjadi orang kedua beliau.

Suatu hari Rasulullah pernah mengabarkan tentang keutamaan sahabat sekaligus mertua beliau ini, “Tak seorangpun yang pernah saya ajak masuk islam , yang tidak tersendat-sendat dengan begitu ragu dan berhati-hati, kecuali Abu Bakar. Ia tidak ragu-ragu ketika saya sampaikan ajaran islam,” Sabda Rasulullah.

Hal ini juga yang akhirnya beliau memberikan julukan As-Sidiq dibelakang nama Abu Bakar yang berarti selalu membenarkan, tanpa sedikit keraguan. Ketika peristiwa Isra’ Mi’raj, Abu Bakar adalah orang yang pertama yang percaya saat Rasulullah menyampaikan hal itu tanpa sedikit keraguan.

Abu Bakar hanya sebentar memegang kendali pemerintahan islam setelah Rasulullah. Ia wafat dalam keadaan sakit. Pada detik-detik akhir hidupnya, Abu Bakar menuliskan sebuah wasiat untuk semua yang ditinggalkan. Demikian isinya :

Bismillahirrahmanirrahim. Inilah pesan Abu Bakar bin Abu Quhafah pada akhir hayatnya dengan keluarnya dari dunia ini, untuk memasuki akhirat dan tinggal disana. Ditempat ini orang kafir akan percaya, orang yang berdusta akan membenarkan. Saya menunjuk pengganti saya yang akan memimpin kalian adalah Umar bin Khaththab. Patuhi dan taati dia. Saya tidak akan mengabaikan segala yang baik sebagai kewajibanku kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada agama, kepada diriku dan kepada kamu sekalian. Kalau dia berlaku adil, itulah harapanku, dan itu juga yang ku ketahui tentang dia. Tetapi kalau dia berubah, maka setiap orang akan memetik hasil dari perbuatannya sendiri. Yang saya kehendaki adalah yang terbaik dan saya tidak mengetahui segala yang ghaib. Orang yang dzalim akan mengetahui perubahan yang mereka alami. Wassalamu Alaikum wa Rahmatullahi Wa Barakatuh. “semoga Allah merahmati dan menempatkan pada sisi yang terbaik. Amiin

Ringkasan Riwayat

·         Nama sebenarnya  : Abdullah bin Abi Quhafah
·         Dilahirkan di Mekah pd th 572 masihi, 2 tahun selepas kelahiran Rasulullah
·          Berasal dari keturunan bangsawan Quraisy, Bani Tamim
·         Ahli perniagaan berjaya yg menyumbang kpd perkembangan  dakwah Islam
·         Merupakan lelaki dewasa pertama memeluk Islam
·         Setelah memeluk Islam beliau digelar Abu Bakar kerana beliaulah org yg mula-mula beriman dgn dakwah Rasulullah
·         Diberi gelaran 'As- Siddiq' krn sentiasa yakin dan membenarkan setiap  apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Rasulullah s.a.w.
                       cth : mengakui kebenaran  peristiwa Isra' dan Mikraj yang dilalui   
                              oleh  Rasulullah
·         Dilantik sebagai Khalifah Islam yang pertama selepas Rasulullah wafat
·         Meninggal dunia pada tahun 13 hijrah ketika berusia 63 tahun

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
[رواه البخاري]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan  beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi “ Riwayat Bukhori.
Pelajaran yang dapat diambil dari hadits/الفوائد من الحديث:
1.     Besarnya kedudukan seorang wali, karena dirinya diarahkan dan dibela oleh Allah ta’ala.
2.     Perbuatan-Perbuatan fardhu merupakan perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah ta’ala .
3.     Siapa yang kontinyu melaksanakan sunnah dan menghindar dari perbuatan maksiat maka dia akan meraih kecintaan Allah ta’ala.
4.     Jika Allah ta’ala telah mencintai seseorang maka dia akan mengabulkan doanya.
 
·      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar