Entri Populer

Minggu, 12 Februari 2012

desir..

Drizzle and Sweet Faces



Seuntai angin di rambut mayangmu, jatuh terurai, tatapanmu menyelinap geulis di antara garisgaris rambutmu, bak sinar matahari di celah gerimis, sebuah teralis yang akan menahanku berlamalama memandangmu, sebab biasanya akan muncul pelangi menuruni pematang di hatimu, rindang dedaunan menyembunyikan reranting sunyi yang diamdiam ditumbuhi anggrek ungu, makanya aku suka sekali memandangmu.
Gerimis membimbingku ke dekap tubuhmu. Aku tatap kamu. Wajahmu lalu manis sekali, tak ada perempuan semanis kamu, sungguh. Entah sketsa apa yang kutulis, rasanya aku cuma melukis gerimis yang menetes di alis matamu. Dan aku, hanyalah seorang kekasih yang jatuh di kelopak matamu, lalu ketika kaukerjapkan mata, aku terbatabata dalam serangkaian kata cinta, makanya aku suka sekali memandangmu.
Wajah manis, tahukah rasanya menjadi tebu. Mengapa gerimis memilih jadi tetes tebu, penuh kenangan manis di setiap celahnya. Di kehijauan lembah, di antara pagi dan senja, di antara pertemuan yang tak terbilang jumlah. Karena itukah pelangi tu

Had Never Met You

.
Andai aku tak pernah bertemu kamulangit hanya lembaran biru mengambang di angkasayang tak pernah aku lukis dengan gerimis dan pelangidan matahari barangkali tak pernah terbituntuk membuka jendela dan menyematkan cahaya.
Andai aku tak pernah bertemu kamumalam hanyalah waktu untuk menunggu pagiaku tidur untuk mendengkur atau begadang membuang waktudan bulan hanya sebuah lampu yang lindap ditiup anginterjerat di reranting kelam.
Andai aku tak pernah bertemu kamubarangkali hidup hanya setumpukan siang dan malamseperti sajak yang dibiarkan tanpa makna dan kelamangin menghembusnya keluar jendelamenghamburkannya entah ke mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar