di atas bukit jabal uhud |
JABAL UHUD adalah bukit yang mencintai kita dan kita mencintainya. Begitu Nabi bersabda soal Jabal Uhud, bukit kemerahan yang menjadi saksi gugurnya para Syuhada di Madinah. Ziarah ke Jabal Uhud telah menjadi menu PENTING bagi segenap jamaah haji/Umrah ketika berada di kota suci Madinah, dari mana pun mereka berasal. Karena begitulah Rasul SAW mengajarkan kita.
Uhud adalah gunung batu berwarna kemerahan. Melihatnya mengingatkan kita pada perjuangan dan darah para syuhada. Di Uhud itulah pertarungan spiritual dan politik dalam arti sebenarnya. Ketika itu pasukan diberi pilihan antara kesetiaan pada agama dan kecintaan pada harta. Melihat lokasi dan gunung yang mengelilinya, kita akan terbayangkan bagaimana sulitnya medan perang ketika itu. Bukit batu, panas terik, dan keberanian pada syuhada.
Perang Uhud terjadi pada 15 Syawal 3 H (Maret 625). Peperangan itu dipicu keinginan balas dendam kafir Quraisy usai kekalahan mereka dalam perang Badar. Atas perintah Rasulullah, maka barisan pasukan Muslim pun menyongsong kaum kafir itu di luar kota Madinah. Strategi pun disusun. Sebanyak 50 pasukan pemanah ditempatkan di atas Jabal Uhud dengan perintah untuk melakukan serangan apabila kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya.
Maka perang pun berkobar. Dalam perang dahsyat itu pasukan Muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan. Akan tetapi mereka kemudian dipukul balik oleh tentara Quraisy, karena pasukan pemanah terpancing oleh umpan musuh yang menyebarkan uang dan perhiasan.
Pasukan berkuda Quraisy pimpinan Khalid bin Walid–ketika itu belum masuk Islam–segera menyerang pasukan Islam dari arah belakang. Akibat serangan mendadak itu, sebanyak 70 tentara Muslim menjadi syuhada, termasuk paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib. Nabi SAW sangat bersedih atas kematian pamannya tersebut.
Jenazah para syuhada Uhud ini pun segera dimakamkan dekat lokasi perang serta dishalatkan satu persatu sebelum dikuburkan. Adapun Sayidina Hamzah dishalatkan sebanyak 70 kali. Beliau pun dimakamkan menjadi satu dengan Abdullah bin Jahsyi (sepupu Nabi) di lokasi terpisah dengan lokasi para syuhada yang lain.
Bersama syuhada yang lain (68 pahlawan), jenazah mereka dimakamkan di dekat Jabal Uhud. Komplek pemakaman itu sendiri nampak sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya tampak jeruji agar jamaah bisa melongok sedikit ke dalam.
Tapi di dalamnya areal permakaman yang dikelilingi pagar itu tak ada tanda-tanda khusus, seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana. Konon, gunung Uhud pun ikut menangis atas peristiwa Uhud yang menelan banyak korban di pihak mujahid Islam.
Lantaran kecintaan Rasulullah kepada para syuhada Uhud, terutama Hamzah, kemudian mendorong beliau senantiasa berziarah ke Jabal Uhud hampir setiap tahun. Langkah beliau kemudian juga diikuti oleh beberapa sahabat sesudah Rasul wafat. Bahkan dikisahkan bahwa Umar dan Abubakar selalu mengingatkan Rasul jika perjalanannya telah mendekati Uhud.
Nabi Muhammad SAW bersabda,”Mereka yang dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain kecuali ruhnya berada did alam burung hijau yang melintasi sungai Surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga, dan tak pernah kehabisan makanan. Pada syuhada itu berkata siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga.”
Maka Allah berkata,” Aku yang akan memberi kabar kepada mereka.” Maka dari situ kemudian turun ayat yang berbunyi,” Dan janganlah mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu meninggal (Qs 3:169) Hingga kini, Jabal Uhud menjadi tempat penting untuk diziarahi oleh para jamaah haji. Di tempat ini, biasanya banyak mutawwif yang memandu memimpin doa. Di dalam buku panduan haji sendiri telah dicantumkan doa ketika ziarah ke Bukit Uhud. Biasanya di tempat ini panas dengan terik matahari.
عَنْ
النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ
فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ . [رَوَاهُ
مُسْلِم] .
وَعَنْ
وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ تَسْألُ عَنِ
الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا
اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ،
وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ
أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ “
[حديث حسن رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل والدارمي بإسناد حسن]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari
Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wa sallam beliau bersabda : “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa
adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika
diketahui manusia “
(Riwayat Muslim)
Dan
dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendatangi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu beliau bersabda : Engkau
datang untuk menanyakan kebaikan ?, saya menjwab : Ya. Beliau bersabda :
Mintalah pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati
tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan
menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa
kepadamu dan mereka membenarkannya.
(Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Tanda perbuatan dosa adalah timbulnya keragu-raguan dalam jiwa dan tidak suka kalau hal itu diketahui orang lain.
2. Siapa yang ingin melakukan suatu perbuatan maka hendaklah dia menanyakan hal tersebut pada dirinya .
3. Anjuran untuk berakhlak mulia karena akhlak yang mulia termasuk unsur kebaikan yang sangat besar.
4. Hati seorang mu’min akan tenang dengan perbuatan yang halal dan gusar dengan perbuatan haram.
5.
Melihat terlebih dahulu ketetapan hukum sebelum mengambil tindakan.
Ambillah yang paling dekat dengan ketakwaan dan kewara’an dalam agama.
6.
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam ketika menyampaikan sesuatu
kepada para shahabatnya selalu mempertimbangkan kondisi mereka.
7.
Perhatian Islam terhadap pendidikan sisi agama yang bersifat internal
dalam hati orang beriman dan meminta keputusannya sebelum mengambil
tindakan.
tampak dr jauh |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar