Entri Populer

Selasa, 21 Februari 2012

Miqot dari Hudaibiyah

Umroh dari Hidaibiyah
Al-Hudaibiyah adalah salah satu tempat miqot bagi penduduk Makkah atau para pemukim yang hendak melaksanakan umrah. Tempat ini menjadi miqot karena ada teks yang jelas, di mana Nabi pernah mengambil miqot darinya. Hudaibiyah terletak di Thariq Qadim (jalan lama yang menghubungkan Makkah dan Jeddah). Tempat ini juga di luar kota suci Makkah yang terkenal dengan sebutan Al-Syumaisi. Nama Al-Syumaisi sendiri diambil dari nama salah satu sumur yang ada disana. Jarak Al-Syumaisi ke Tanah Halal kira-kira 22 km.[1]
Perjanjian Hudaibiyah
Pada bulan April 628 M (Dzulqa`dah 6 H), Rasulullah SAW bermimpi menunaikan umrah (kunjungan) ke Makkah dan mengajak para sahabatnya. Untuk mewujudkan mimpi tersebut, Rasulullah pun dengan disertai sekitar 2000 sahabat berangkat menuju Makkah dengan mengenakan pakaian ihram dan membawa hewan-hewan kurban.
Kaum musyrikin Quraisy mengerahkan pasukan untuk menghalang-halangi sehingga rombongan dari Madinah tertahan di Hudaibiyah, 20 km di sebelah barat laut Makkah.
Kaum Quraisy mengutus Suhail bin ‘Amr untuk berunding dengan Rasulullah. Suhail mengusulkan, antara lain, kesepakatan gencatan senjata dan kaum muslimin harus menunda umrah dengan kembali ke Madinah, tetapi tahun depan diberikan kebebasan melakukan umrah dan tinggal selama tiga hari di Makkah. Rasulullah menyetujui perjanjian ini meskipun para sahabat banyak yang kecewa. Namun, tidak ada yang berani menentang keputusan junjungan mereka.
Sepintas lalu isi perjanjian kelihatannya merugikan kaum Muslimin, tetapi secara politis sangat menguntungkan. Perjanjian Hudaibiyah merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah Islam sebab untuk pertama kalinya kaum Quraisy di Makkah mengakui kedaulatan kaum muslimin di Madinah. Dalam perjalanan pulang ke Madinah, turunlah wahyu Allah dalam QS al-Fath: 27:


Artinya: “Sungguh Allah akan memenuhi mimpi Rasul-Nya dengan sebenar-benarnya, bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram -insya Allah- dengan aman. Kamu akan mencukur kepalamu atau menggunting rambut (merampungkan umrah) dengan tanpa rasa takut. Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan Dia menjadikan selain itu kemenangan yang dekat.”[2]
Sesuai dengan Perjanjian Hudaibiyah, tahun berikutnya (Maret 629 M atau Dzulqa`dah 7 H), Rasulullah SAW beserta para sahabat untuk pertama kalinya melakukan umrah ke Baitullah. Ketika rombongan Nabi yang berjumlah sekira 2.000 orang memasuki pelataran Ka’bah untuk melakukan thawaf, orang-orang Makkah berkumpul menonton di bukit Qubais dengan berteriak-teriak bahwa kaum Muslimin kelihatan letih dan pasti tidak kuat berkeliling tujuh putaran. Mendengar ejekan ini, Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya, “Marilah kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita kuat, bahu kanan kita terbuka dari kain ihram, dan kita lakukan thawaf dengan berlari!.
Ini adalah nilai politis Nabi, melihat Nabi dan para sahabat membuka pundaknya, maka orang-orang kafir yang mengintip dari celah-celah, dan sebagian lagi berkumpul dengan rekan-rekanya, terperangga. Tenyata, orang-orang islam sangat kuat dan gagah berani.
Sesudah mencium Hajar Aswad, Rasulullah SAW dan para sahabat memulai thawaf dengan berlari-lari mengelilingi Ka’bah sehingga para pengejek yang berkumpul akhirnya bubar. Pada putaran keempat setelah orang-orang usil di atas bukit Qubais pergi, Rasulullah mengajak para sahabat berhenti berlari dan berjalan seperti biasa.
Inilah latar belakang beberapa kesunnahan thawaf di kemudian hari, yaitu bahu kanan yang terbuka (idhthiba’) serta berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama khusus pada thawaf yang pertama.
Selesai tujuh putaran, Rasulullah SAW. salat dua rakaat di Maqam Ibrahim, kemudian minum air Zam-zam. Sesudah itu Rasulullah melakukan sa`i antara Shafa dan Marwa, dan akhirnya melakukan tahallul (‘menghalalkan kembali) atau membebaskan diri dari larangan-larangan ihram, dengan menyuruh Khirasy mencukur kepala beliau. Ketika masuk waktu dzhuhur, Rasulullah SAW menyuruh Bilal bin Rabah naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan adzan.
Suara adzan Bilal menggema ke segenap penjuru sehingga orang-orang Makkah berkumpul ke arah ‘suara aneh’ yang baru pertama kali mereka dengar. Kaum musyrikin menyaksikan betapa rapi shaf-shaf kaum Muslimin yang sedang shalat berjamaah. Hari itu, 17 Dzulqa`dah 7 H (17 Maret 629 M), untuk pertama kalinya adzan berkumandang di Makkah dan Nabi Muhammad SAW menjadi imam shalat di depan Ka’bah.

[1] . Ibid, Syeh al-Fattah, 383
[2] .Selang beberapa lama sebelum terjadi perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad s.a.w. bermimpi bahwa beliau bersama Para sahabatnya memasuki kota Makkah dan Masjidil Haram dalam Keadaan sebahagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti. Kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslim Madinah, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Makkah, maka orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. Dan sebelum itu, dalam waktu yang dekat Nabi akan menaklukkan kota Khaibar. Andaikata pada tahun terjadinya perdamaian Hudaibiyah itu kaum Muslim memasuki kota Makkah, Maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang menyembunyikan imannya yang berada dalam kota Makkah waktu itu. Mimpi Nabi adalah wahyu dari-Nya, oleh karena itu Nabi menyatakan akan terjadinya mimpi itu.

Hudaybiyah juga tempat umroh yg paling jauh di banding dengan tanim maupun ji'ronah, Namun kuranglah lengkap jika kita sudah sampai di makkah tidak melakukan miqot dr hudaibiyah kami pada waktu itu dgn biaya 30 real termasuk satu paket dengan wisata lain.
 Suasana sekitar hudaibiah memang tidak saepadat tanim atau lainnya di samping tempatnya di luar kota mekah masjidnya tidak besar,kami harus berdesak desakan karna keadaan masjid yg memang agak sempit.
Belum lagi sarana air yg kurang begitu memadai,selain rasa yg agak asin dan juga tempat wudhunya masih sempit.
Setelah kami niat umroh perjalanpun kami lanjutkan.....
Semoga anda bisa sampai ke tempat berkah ini.....


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ      فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
(رواه مسلم)

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa  yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya.
(Riwayat Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث  :
1.     Siapa yang membantu seorang muslim dalam menyelesaikan kesulitannya, maka akan dia dapatkan pada hari kiamat sebagai tabungannya yang akan memudahkan kesulitannya di hari yang sangat sulit tersebut.
2.     Sesungguhnya pembalasan disisi Allah ta’ala sesuai dengan jenis perbuatannya.
3.     Berbuat baik kepada makhluk merupakan cara untuk mendapatkan kecintaan Allah Ta’ala.
4.     Membenarkan niat dalam rangka mencari ilmu dan ikhlas di dalamnya agar tidak menggugurkan pahala sehingga amalnya dan kesungguhannya sia-sia.
5.     Memohon pertolongan kepada Allah ta’ala dan kemudahan dari-Nya, karena ketaatan tidak akan terlaksana kecuali karena kemudahan dan kasih sayang-Nya.
6.     Selalu membaca Al Quran, memahaminya dan mengamalkannya.
7.     Keutamaan duduk di rumah Allah untuk mengkaji ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar