Entri Populer

Sabtu, 11 Februari 2012

RAJA ABRAHA part II

Sementara itu dikota mekah Seperti biasa Shayba atau abdul mutholib tidur diHijr dan dia bermimpi lebih dahsyat lagi dari mimpi pertamanya yang menemukan sumur zam-zam, didalam mimpinya dia melihat jelas rombongan pasukan dengan jumlah sangat besar dengan diiringi pasukan bergajah perang. Disitu dia melihat Raja Yaman dengan baju perang emasnya sedang memimpi pasukan itu. Diatas perbukitan

Shayba memandang kerumah suci itu dan melihat sosok putranya yang sudah meninggal beberapa bulan, dia adalah Abdullah. Dalam mimpinya pula Abdullah mendekat dan memeluk erat Shayba sambil berkata :” Jika ayah melawannya, dia akan menghancurkan seluruh kota. Ayah akan mati dan istriku Aminah tidak akan memiliki pelindung dan ayah tidak akan melihat putraku yang masih dalam kandungan.”

 Jika ayah melawan mereka demi membela rumah suci kita, maka ayah akan mati dan rumah suci itu akan rata dengan tanah. Putraku tak akan punya rumah dan suku lagi.”

 Shayba berkata :” Siapa yang akan membela rumah suci nak,kalau buka kita,,?”

Abdulah berkata:” Rumah  Suci itu bukan milik Ayah, itu buka urusan ayah,jika ayah bertempur untuk mempertahankanya. Ayah sama saja membelah Ibnu Kinana, jangan menumpahkan sedikitpun demi dia atau ayah akan dikutuk sebagai mana ibnu kinana dikutuk.”

Shayba dikagetkan oleh penjaga kota yang membangunkanya. Penjaga itu berkata :” Ada cahaya-cahaya digurun pasir yang lagi mendekat kemari mereka dalam jumlah sangat banyak,mungkin dua hari mereka baru sampai kesini dan kabarnya mereka ingin menghancurkan rumah suci kita..”

Tak mau nenunggu lama Shayba pun mengumpulkan semua kepala suku yang ada dimekah untuk mendiskusikan masalah besar ini. Dari pertemuan mendadak itu ada yang mendukung Ibnu Kinana dan mereka beralasan bahwa mereka harus bertahan dan melawan bila pasukan mereka tiba.

Shayba tak begitu saja mengamini  kepala suku yang membela Ibnu Kinana tapi dia teringat akan mimpinya dan menyampaikan kepada semua kepala suku yang ada :” Kita bukan tandingan mereka, jika kita keluar dan menghadapi mereka dalam perang pasukan mereka akan menghancurkan kita dan jalanya menuju rumah suci kita akan terbuka sementara istri dan anak-anak kita tak memiliki pelindung lagi. Pemimpin mereka berhak marah kita, Ibnu Kinana mengotori gereja mereka dan kita malah melindungi dia, yang harus kita lakukan adalah menyerahkan dia”.

Keputusan Shayba tentu saja ada yang menolak keras mereka beralasan Ibnu Kinana masih anggota komunitas suku dimekah, walau pun dia bersalah tapi harus dibela.

Shayba pun berkata :” Ibnu Kinana adalah seorang penjahat dan buronan dinegri mereka. Dengan melindunginya dan bertarung demi dia sama saja kita menjadi antek anteknya.”

Kepala suku yang lain berkata :” Kita harus tetap mempertahankan rumah suci itu karena kita adalah penjaga rumah suci itu, jika bukan kita lalu siapa lagi?”

Shayba berkata :” Biarkanlah pemilik rumah suci itu yang membelanya. Rumah suci itu bukan milik kita jadi jika rumah suci itu milik kita, pastinya tidak akan digunakan sebagai tempat ziarah, pembelaan kita terhadapnya tiada berguna. Kita tetap harus evakuasi penduduk kota dan menyuruh mereka naik keatas bukit aku yakin abraha tak akan mengejar kita“

Beberapa kepala suku masih ada yang tidak suka keputusan itu dan berkata :”ini tidak jantan, tak ada yang perlu ditakuti dari pasukan mereka. Jika kita mempertahankan rumah suci, tuhan-tuhan sendi akan berdiri disamping kita dan akan melindungi kita dari marabahaya.
Shayba berkata :” Berperang atas nama Rumah suci itu tapi berharap rumah suci itu membela kita dan membiarkan kita menang adalah tindakan bodoh. Biarlah aku yang akan menawarkan diri untuk menyerahkan Ibnu Kinana asalkan pasukan mereka mau untuk pulang dan meninggalkan rumah suci kita dalam keadaan utuh.”

Salah seorang kepala suku berkata :” Maukah dia menerima tawarmu itu?”

Shayba berkata :” Jika tujuanya adalah rumah suci itu dan kehancuran rumah suci itu adalah hadiah kemenanganya, dia pasti menolak.  Jika dia menolak maka aku sudah berbuat benar terhadapnya dan kejahatan Ibnu Kinana tidak akan menjadi tanggung jawab kita.”

Akhirnya keputusan itupun diterima semua kepala suku. Menjelang fajar shayba menyuruh putranya Harist untuk mengambil 200 ekor unta dan membawa kearah pasukan Abrahah. Shayba berpesan kepada putranya jika mereka menyita unta-unta tersebut maka dia harus berkata unta tersebut adalah milik ayahnya dan ayahnya akan mengambil unta-unta tersebut.

Harist pun mengikuti anjuran ayahnya itu dan berjalan kearah rombongan tentara Abrahah dipinggiran kota mekah. Sampailah Harist didekat para tentara dan para tentarapun berkata :” Kembalilah kemekah dan katakan kepada orang-orangmu untuk menyerahkan rumah suci itu.”Tapi sebelum kau pergi tinggalkan unta-unta itu disini, biarlah kami yang akan mengurus mereka.”

Harist berkata :” Unta-unta ini bukan milik kalian, unta-unta itu adalah milik ayahku Abdul Muthalib. Dia adalah pemimpin Quraisy, suku terbesar dikota mekah.”

Tentara-tentara itu tertawa dan berkata :” Kami akan tetap menahan unta-unta itu, sekarang pergilah.”!

Akhirnya Harits pulang dan menyampaikan semua ke ayahnya abdul muthalib. Sementara Raja Abraha menanyai tentara yang sedang membawa unta kekandang : “Milik siapakah unta-unta sebanyak itu?”

Para tentara menjawab :” Unta-unta ini milik seorang pemimpin dikota mekah namanya abdul muthalib. Katanya dia yang akan mengambil unta- unta itu sendiri.”

Abrahah merasa gembira dengan berita itu walau sebenarnya dia tau itu hanya taktik pemimpin kota mekah untuk mencari informasi dari pasukanya. Dan dia berkata :” jika pemimpin suku Qurasy itu datang maka suruhlah dia tuk masuk ketendaku.”

Selang beberapa waktu Shayba atau abdul muthalib datang keperkemahan para tentara Raja Abrahah seorang diri dengan mengendarai kuda. Sampai disitu dia berkata :” Aku Abdul Muthalib, kalian telah mencuri barang miliku.”

Namun para tentara segera mengamankan Abdul muthalib atau shayba dan melucuti semua senjatanya dan membawa dia ketenda raja Abrahah. Disitu Shayba dipertemukan dengan Raja Abrahah tapi disitu pula dia melihat seseorang berpakaian tentara yang sedang terikat didekat Raja Abraha, dialah Siraaj penasehat raja Abraha.

Shayba berkata :” Aku Abdul Muthalib, aku pemimpin suku Quraisy sekaligus penjaga Rumah Suci yang akan kau hancurkan.”
Abrahah berkata : Aku tau siapa kau tapi aku tak tau maksud dari kedatanganmu kemari”.

Shayba :”tentara-tentaramu telah menyita unta-untaku, maukah kau mengembalikan mereka padaku.”

Abrahah :’’ Pasukanku siap untuk menyerang dan menghacurkan rumah sucimu, aku datang untuk membinasakan agamamu dan agama nenek moyangmu, tapi yang kau risaukan malah unta-untamu.”?

Shayba :” unta-unta itu miliku, sedangkan Rumah suci itu milik yang lain yang akan menyuruhmu untuk bertanggung jawab jika kau menghancurkanya.”

Abrahah :” aku akan menggalkan kotamu dengan keadaan selamat dan damai. Aku datang hanya untuk rumah suci itu yang kau anggap Ka’bah itu. Perintahkan rakyatmu untuk tidak menghalangi jalanku, mala kau dan rakyatmu tidak akan kami apa-apakan.”

Shayba :’’ Rumah suci itu bukan milik kami. Tapi ia milik yang lain dan kau tidak akan diperbolehkan menghancurkannya.”

Abraha tertawa sambil berkata :” Aku tau sedikit soal rumah sucimu. Rumah sucimu itu tak beratap, panas dan berdebu, serta dipenuhi berhala-berhala cabul yang lebih pantasnya dibakar saja, katakana milik siapa rumah suci itu biar dia sendiri yang akan mencegah jalan kami.?”

Shayba berkata :” Rumah Suci itu milik Tuhan, juga pemilik Gerejamu itu.”

 Abraha berkata :” Aku tak menyangka bahwa Tuhan akan membangun rumahnya digurun pasir tandus dan memenuhinya dengan berhala-berhala yang dipertuhankan selain diri-Nya.”

Shayba berkata :” rumah Suci itu dibawah perlindungan-Nya dan Dia tidak meremehkan gurun pasir lagi pula sekalipun gurun pasir ini adalah kebun berisi buah buahan yang berlimpah ruah, semua akan datang demi rumah suci itu,”

Abraha berkata :” Katerdal atau gereja besar umat kristiani itu suci dan dibawah perlindungan Tuhan, tapi tidak demikian dengan rumah suci berdebu yang kau kotori dengan berhala-berhala.”

Shayba berkata :” Kecantikan lahiriah adalah kutukan sekaligus berkah.ketika tentara-tentara dari barat datang kekonstantinopel, apakah kau piker keelokan kota itu akan mencegah mereka dari perampasan dan pembakaran?” tidakan,,keindahannya hanya mengelora nafsu mereka terhadap kekayaan dan kehancuran, Ibnu Kinana melihat katerdalmu indah tapi keindahanya tidak menjaga dia dari tidakan perusakan yang dia lakukan.”begini saja,,”kami akn menyerahkan Ibnu kinana dank au bias pulang dengan damai, bawa dia pulang dan hukumlah dia menurut undang- undangmu. Dia telah berbuat jahat maka kami rela menyerahkanya.”

Abraha marah dan berkata :” Dia mengotori gerejaku!” Dia juga berbuat demikian dalam penyembahan terhadap berhala-berhala aneh dirumah sucimu. Haruskah aku menghukum dia tapi membiarkan yang lainya terus menerus mempercayai adanya tuhan-tuhan selain Tuhan?” tidak, aku akan tetap menghacurkan rumah suci itu, jadi buat apa membelanya,?” jadi biarkan kami menghacurkan rumah suci itu niscaya setelah kami selesai rumah-rumah kalian akan tetap utuh, sumur-sumr kalian tak ternoda, rakyatmu tak diganggu, hanya rumah sucimu itu yang sangat aku benci jadi aku akan meruntuhkan sampai kepondasi-pondasinya.”

Shayba berkata : “Dengarlah,, apakah Ibnu Kinana merusak dan menghancurkan katerdalmu hingga tak berbekas?” Ku dengar kau diberkahi oleh Tuhan mu dan memberimu segala kebaikan sehingga kau sukses dan sekarang kau meletakan singgah sana-Nya diatas singgahsanamu? Untuk siapa kau membangun gereja yang dirusak oleh Ibnu Kinana?”

Abraha berkata : “ Aku tidak menyangkal bahwa Ibnu Kinana telah melukaiku ketika dia mengotori gerejaku, tapi pikirkanlah jasa yang dapat kusumbangkan dengan menghancurkan rumah suci itu. Setelah itu bangunlah rumah suci baru untuk Tuhanmu dan kau berhasil sebagai mana aku berhasil.aku memberimu kesempatan untuk menyembah Tuhan dengan cara yang layak. Tidakah kau sadari itu?”

Shayba :” Izinkan aku mengatakan satu kebenaran lagi, Kau angkuh dan arogan. Jumlah kami sedikit, sementara kalian sangat banyak dan kami harus menerima perintah darimu. Apakah ini yang kau bawa bersama dengan perusakan rumah suci Tuhan?” Kau tidak akan berhasil.”

Abraha :” Aku sudah melukai perasaanmu, maafkan aku karena telah menghina martabatmu, meskipun kau membayangkan martabatkulah yang telah kau hina.”

Shayba : Kalau begitu kita berdualah yang angkuh.”tapi ingatlah jangan mengambil jalan menuju kemekah ini, ini jalanmu,. Rumah suci Tuhan ada dimekkah dan ini adalah Rumah-Nya. Sekalipun dikotori oleh penyembah berhala seperti kami rumah ini tetap milik-Nya dan Dia akan membelanya atas keangkuhanmu. Kebodohan para penyembah berhala seperti kami lebih baik dari pada keangkuhan dan fanatismemu itu.”

Shayba pun berdiri untuk pergi meninggalkan tenda Raja Abrahah tapi abrah menahn sejenak sambil berkata :” Besok, kau dan aku akan bertemu lagi dalam peperangan. Meskipun kau memilih untuk melawan, aku tidak akan menganggapmu sebagai musuhku.”

Shayba berkata :” Kau tidak akan berjumpa denganku dalam peperangan besok. Rakyatku telah memilih untuk tidak mempertahankan rumah suci itu, karena Tuhan memiliki cukup kekuatan untuk membela sendiri. Jika kau yang benar, maka perusakan rumah suci itu tak berarti apa-apa, tapi jika aku benar maka Dia yang akan menghentikanmu.”

Abrahah berkata :” Kalau begitu pertemuan ini tak ada gunanya, jadi sebenarnya kau datang untuk apa kemari.”

Shayba berkata :”Sudah aku bilang dari awal aku datang untuk mengambil unta-untaku yang telah diambil oleh para tentaramu.”
Abrahah tersenyum mendengarnya. Kemudian menyuruh pengawal untuk mengambil unta-unta itu dan berkata kepada pengawalnya :” biarlah dia pergi dengan tenang. Dan kembalikan semua unta yang ada jangan ada yang kurang.”

Keesokan harinya semua penduduk kota mekah menyingkir keperbukitan disekitar kota mekah seperti yang diperintah Shayba. Dan Rombongan tentara bergajah milik abraha telah mendekati rumah suci itu sedang dari perbukitan penduduk kota mekah melihat semua kearah tentara bergajah Raja Abraha yang akan menghancurkan rumah suci itu.

Tapi belum sempat dekat dari Rumah suci itu semua gajah-gajah berhenti dan tak mau melangkah mendekat kerumah suci itu. Semua tentara dikerahkan untuk membujuk agar gajah-gajah itu mau mendekat kerumah suci itu dengan cara mencambuk, namu gajah-gajah itu tak berkutik dari tempatnya dan tidak mau berjalan walau mereka luka karena cambukan oleh tentara abrahah. Dan dari sekian gajah yang ada, terlihat gajah yang paling tua dan seperti pemimpin para gajah-gajah itu bertengger seperti sedang sujud . para penduduk kota mekah yang melihat diatas perbukitanpun bersorak gembira melihat kejadian itu.

Sementara itu Siraaj yang didekat raja abraha berkata dengan tangan terikat :” ingatlah kisah keledai Bal’am, gajah-gajah itu bukan binatang bodoh. Mereka mungkin sedang mengabdi kepadamu saat ini walau tampak mereka sekarang menolak melayanimu dan mengabaikan perintahmu tapi sebenarnya pelayanan mereka sekarang melebihi pelayanan terhadap siapapun termasuk terhadapmu. Utuslah aku untuk menemui shayba dan biarlah aku yang membawa Ibnu kinana untuk kau adili sesukamu tapi tinggalkanlah rumah suci mereka itu.”

Abraha sontak saja marah dengan perkataan temanya itu :” Aku sudah dengar ini dari mulut shayba sendiri. Kau ini mengabdi kepadaku atau shayba?’ mungkin kau akan pergi kebukit bersamanya dan tinggal disana untuk lari dariku.”

Abraha memerintahkan pengawal dan berkata :” lepaskan tali ikatanya, biarkan dia menemui majikan barunya itu,”

Kemudian salah satu tentara mendekat untuk melepas ikatan siraaj tapi siraj menolak dan berkata :” aku tidak akan meninggalkanmu atau membelot dari pengabdian kepadamu, aku tetap pelayanmu.meskipun aku tak bias menyelamatkanmu dari kekuatan yang akan kau hadapi ini.”

Abraha tak memperdulikan perkataan siraaj lagi dan memerintahkan semua bala tentaranya agar melangkah tanpa gajah untuk menghancurkan rumah suci itu. Namu ketika semua tentara sudak dekat dengan rumah suci itu tiba tiba angun berhebus kencang dengan diiringi suhu cuaca yang sangat panas disekita Rumah suci, para prajuritpun mulai ragu dengan keadaan dan mencoba berjalan secara perlahan dengan menutup muka mereka agar mata tak terkena debu pasir yang berterbangan.

Semua tentara abraha terjebak dalam badai pasir yang sangat dahsyat disekitar rumah suci itu. Dari badai itu terbentuklah awan yang sangat hitam berbentuk sayap- sayap dan cakar-cakar burung diangkasa tiba-tiba datanglah hujan batu yang tidak tau dari mana batu itu berasal, semua tentara belumuran darah tapi karena suhu dan pasir yang panas mengakibatkan darah mereka cepat kering tak bersisa sama sekali dan tulang-tulang hacur bagai debu yang bercampur badai pasir yang dhasyat. Semua prajurit berteriak kesakitan dalam badai itu tapi tak lama jasad merekapun tak berbekas. Semua tentara panic dan menjadi gila yang mereka berlarian tak tentu arah tapi tak ada sisa dari mereka yang selamat.

Sementara diatas bukit para penduduk mekah bersorak gembira yang mereka kira  bahwa berhala-berhala mereka telah menyelamatkan mereka. Sementara Abdul muthalib atau shayba berkata kepada putranya harist :” Kekuatan apa ini?” kekuatan ini tidak melayani kita maumpun bertindak atas permintaan kita atau atas nama kita. Kekutan ini milik yuang lain. Bahkan kekuatan ini tak melukai kita semua yang ada disini.”

Dalam sekejap tentara Raja Abrah tak bersisa, abrahapun berteriak :” Mereka adalah roh jahat dari rumah itu, keimana ini akan mengalahkan mereka.”

Abrahapun berlari memasuki daerah rumah suci itu sambil mengunuskan pedangnya melawan pasukan goib yang tak terlihat itu, namu serangan pedangnya sia sia belaka tapi dari atas di tertimpa batu yang cukup besar yang mengakibatkan dia terluka parah, siraaj pun tak tinggal diam dia mencoba menolong raja juga sahabatnya itu dan menyeret keluar dari tempat itu.

Sebelum senja hari tiba badai batu dan pasir berangsur reda, shayba dan semua penduduk kota mekah turun untuk melihat bekas atau menolong tentara yang mungkin masih hidup. Alangkah terkejutnya penduduk kota mekah  karena mereka tak melihat bekas atau bercak darah sedikitpun dari pasukan Abrahah, semua tampak wajar seperti tak ada peperangan apapun disitu kucuali batu-batu dan dan senjata dari para prajurit Raja Abraha.

Dari sekian yang ada shayba dan harist putranya hanya menemukan seekor gajah saja yang masih hidup. Gajah itu mengluarkan air mata seperti meratapi apa yang telah terjadi sambil posisi seperti sujud.

Shayba pun mendekati gajah itu dan mengelus- elus gajah tersebut sambil berkata :” apa yang hendak kau katakan padaku, Ahmad, jika kau bias bicara? Peringatan apa yang kau berikan?” tapi gajah itu Cuma bisa diam dan pergi meninggalkan tempat itu.

Shayba menyuruh putranya untuk menjenguk aminnah yang sedang hamil dirumah, dan sesampainya dirumah Harsit menceritakan semua kejadian yang dialami tentara raja abrahah. Bahwa yang tersisa hanya ekor gajah saja yang seperti meratapi kejadian itu.

Shyabapun pulang untuk menjenguk keadaan aminah jada putranya. Ternyata sesampainya dirumah aminah baru saja melahirkan putra Abdulah yang telah meninggal sebulan lebih. Aminah berkata : Putra Abdullah baru saja lahir ini’’.

Shyaba berkata: kau namai dia siapa,,?”

Aminnah berkata : “aku memberinya nama sesuai dengan nama gajah yang tidak mau menodai rumah suci itu tapi dia berlutut memberi hormatnya, namanya adalah Muhammad.”

Wallahu’allam..”
inssaAllah masih ada lanjutan,,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar