Entri Populer

Selasa, 10 April 2012

Suara Emas Dari Ethiopia

Pada saat aku menulis dan membaca kisah ini, air mata ku tidak berhenti untuk dititiskan, betapa indah dan bertuahnya dapat hidup dan menatap wajah kekasih Allah ini. betapa nikmatnya dapat sama-sama berjuang dan merasakan hebatnya menentang musuh-musuh Allah bersama Baginda. Malah paling sayu pilu bila mana kekasih Allah itu dijemput kembali dan para sahabat dapat menatap wajah baginda buat kali terakhir.. wajah yang bakal dirindui buat selama-lamanya..
Suatu malam, jauh sepeninggal Rasulullah Saw,Sayidina Bilal bin Rabbah R.A, salah seorang sahabat utama, bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu,Sayidina Bilal R.A bertemu dengan Rasulullah SAW.
"Bilal, sudah lama kita berpisah, AKU rindu sekali kepadamu," demikian Rasulullah SAW berkata dalam mimpi Bilal.
"Ya, Rasulullah SAW, aku pun sudah teramat rindu ingin bertemu dan mencium harum aroma tubuhMU," kata Sayidina Bilal R.A masih dalam mimpinya. Setelah itu, mimpi tersebut berakhir begitu sahaja. Lalu Sayidina Bilal R.A bangun dari tidurnya dengan hati yang gulana. Ia dirundung rindu.
Keesokan harinya, ia menceritakan mimpi tersebut pada salah seorang sahabat lainnya. Seperti udara, kisah mimpi Sayidina Bilal R.A segera memenuhi ruangan kosong di hampir seluruh penjuru kota Madinah. Tak menunggu senja, hampir seluruh penduduk Madinah tahu, semalam Sayidina Bilal R.A bermimpi ketemu dengan nabi junjungannya.
Hari itu, Madinah benar-benar terbungkus rasa haru. Kenangan semasa Rasulullah SAW masih bersama mereka kembali hadir, seakan baru kelmarin saja Rasulullah SAW tiada. Satu persatu dari mereka sibuk sendiri dengan kenangannya bersama manusia mulia itu. Dan Sayidina Bilal R.A sama seperti mereka, diharu biru oleh kenangan dengan nabi SAW tercinta.
Menjelang senja, penduduk Madinah seolah bersepakat meminta Sayidina Bilal R.A mengumandangkan azan Maghrib jika tiba waktunya. Padahal Sayidina Bilal R.A sudah cukup lama tidak menjadi muadzin sejak Rasulullah SAW tiada. Seolah, penduduk Madinah ingin menggenapkan kenangannya hari itu dengan mendengar azan yang dikumandangkan Sayidna Bilal R.A.
Akhirnya, setelah diminta dengan sedikit memaksa,Sayidina Bilal R.A pun menerima dan bersedia menjadi muadzin kali itu. Senja pun datang menghantar malam, dan Sayidina Bilal R.A mengumandangkan azan.
Tatkala, suara Sayidina Bilal R.A terdengar, seketika, Madinah seolah tercekat oleh berjuta memori. Tak terasa hampir semua penduduk Madinah menitiskan air mata. "Marhaban ya Rasulullah SAW," bisik salah seorang dari mereka.
Sebenarnya, ada sebuah kisah yang membuat Sayidna Bilal R.A menolak untuk mengumandangkan azan setelah Rasulullah SAW wafat.
Waktu itu, beberapa saat setelah malaikat maut menjemput Kekasih Allah, ,Sayidina Bilal R.A mengumandangkan azan. Jenazah Rasulullah SAW, belum dimakamkan. Satu persatu kalimat azan dikumandangkan sampai pada kalimat, "Asyhadu anna Muhammadarrasulullah."
Tangis penduduk Madinah yang mengantar jenazah Rasulullah SAW pecah. Seperti suara sang guruh yang hendak membelah langit Madinah. Kemudian sesudah Rasulullah SAW telah dimakamkan, Sayidina Abu Bakar R.A meminta Sayidina Bilal R.A untuk azan. "Azanlah wahai Bilal," perintah Sayidina Abu Bakar R.A.
Dan Sayidina Bilal R.A menjawab perintah itu, "Jika engkau dulu membebaskan aku demi kepentinganmu, maka aku akan mengumandangkan azan. Tapi jika demi Allah, kau dulu membebaskan aku, maka biarkan aku menentukan pilihanku."
"Hanya demi Allah aku membebaskanmu Sayidina Bilal R.A," kata Sayidina Abu Bakar R.A sayu.
"Maka biarkan aku memilih pilihanku," pinta Sayidina Bilal R.A penuh terharu.
"Sungguh, aku tak ingin azan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah SAW," lanjut Sayidina Bilal R.A.
"Kalau demikian, terserah apa maumu," jawab Sayidina Abu Bakar R.A dengan penuh rasa sedih.
***
Di atas, adalah sepenggal kisah tentang Sayidina Bilal bin Rabah R.A, salah seorang sahabat dekat Rasulullah SAW. Seperti yang kita tahu, Sayidina Bilal R.A adalah seorang keturunan Afrika, Habasyah tepatnya. Kini Habasyah biasa kita sebut dengan Ethiopia.
Seperti penampilan orang Afrika pada umumnya, hitam, tinggi dan besar, begitulah Sayidina Bilal R.A. Pada mulanya, ia adalah budak seorang bangsawan Makkah, Umayyah bin Khalaf . Meski Sayidina Bilal R.A adalah lelaki dengan kulit hitam pekat, namun hatinya, Insya'allah bak kapas yang tak bernoda. Itulah sebabnya, ia sangat mudah menerima hidayah saat Rasulullah SAW berdakwah.
Meski ia sangat mudah menerima hidayah, ternyata ia menjadi salah seorang dari sekian banyak sahabat Rasulullah SAW yang berjuang mempertahankan hidayahnya. Antara hidup dan mati, begitu kira-kira gambaran perjuangan Sayidina Bilal bin Rabab R.A.
Keislamannya, suatu hari diketahui oleh sang majikan. Sebagai ganjarannya,Sayidina Bilal R.A di siksa dengan berbagai cara. Sampai datang padanya Sayidina Abu Bakar R.A yang membebaskannya dengan sejumlah Wang tebusan.
Boleh dikata, di antara para sahabat,Sayidina Bilal bin Rabah R.A termasuk orang yang tiada tanding dalam mempertahankan agamanya.Sayidina Zurr bin Hubaisy R.A, suatu ketika berkata, orang yang pertama kali menampak-kan keislamannya adalah Rasulullah SAW. Kemudian setelah beliau, ada Sayidina Abu Bakar, Ammar bin Yasir dan keluarganya, Shuhaib, Bilal dan Miqdad R.A.
Selain Allah tentunya, Rasulullah SAW dilindungi oleh Baginda SAW. Dan Sayidina Abu Bakar R.A dilindungi pula oleh sukunya. Dalam posisi sosial, orang paling lemah saat itu adalah Sayidina Bilal R.A. Ia seorang perantauan, budak belian (hamba yg ditebus) pula, tak ada yang membela.Sayidina Bilal R.A, hidup sebatang kara. Tapi itu tidak membuatnya merasa lemah atau tak berdaya. Bilal telah mengangkat Allah sebagai penolong dan waliNya, itu lebih cukup dari segalanya.
Derita yang ditanggung Sayidina Bilal R.A bukan alang kepalang. Umayyah bin Khalaf, sang majikan, tak berhenti hanya dengan menyiksa Sayidina Bilal R.A saja. Setelah puas hatinya menyiksa Sayidina Bilal R.A, Umayyah pun menyerahkan Sayidina Bilal pada pemuda-pemuda kafir . Diarak berkeliling kota dengan berbagai siksaan sepanjang jalan. Tapi dengan tegarnya, Sayidina Bilal R.A mengucap, "Ahad, ahad," puluhan kali dari bibirnya yang mengeluarkan darah. (Ya Allah aku teresak-esak membayangkan kekuatan Sayidina Bilal R.A yang tidak berganjak cintanya kepada Allah)
Sayidina Bilal bin Rabah R.A, meski dalam masyarakat sosial posisinya sangat lemah, tapi tidak di mata Allah. Ada satu riwayat yang membukti-kan betapa Allah memberikan kedudukan yang mulai di sisi-Nya.
Suatu hari Rasulullah SAW memanggil Sayidina Bilal R.A untuk menghadap. Rasulullah SAW ingin mengetahui langsung, amal kebajikan apa yang menjadikan Sayidina Bilal R.A mendahului berjalan masuk syurga mendahului Rasulullah SAW.
"Wahai Bilal, aku mendengar gemerisik langkahmu di depanku di dalam syurga. Setiap malam aku mendengar gemerisikmu."
Dengan wajah tersipu tapi tak bisa menyembunyikan raut bahagianya,Sayidina Bilal R.A menjawab pertanyaan Rasulullah SAW. "Ya Rasulullah SAW, setiap kali aku berhadas, aku langsung berwudhu dan solat sunnah dua rakaat."
"Ya, dengan itu kamu mendahului aku," kata Rasulullah SAW membenarkan. Subhanallah, demikian tinggi darjat Sayidina Bilal bin Rabah R.A di sisi Allah. Meski demikian, hal itu tak menjadikan Sayidina Bilal R.A tinggi hati dan merasa lebih suci mendahului yang lain. Dalam lubuk hati kecilnya, Sayidina Bilal R.A masih menganggap, bahwa ia adalah budak belian dari Habasya, Ethiopia. Tak kurang dan tak lebih.
Sayidina Bilal bin Rabah R.A, terakhir melaksanakan tugasnya sebagai muadzin saat Sayidina Umar bin Khattab R.A sebagai khalifah. Saat itu, Sayidina Bilal R.A sudah bermukim di Syiria dan Sayidina Umar R.A mengunjunginya. Saat itu, waktu solat telah tiba dan Sayidina Umar R.A meminta Sayidina Bilal R.A untuk mengumandangkan azan sebagai tanda panggilan solat. Sayidna Bilal R.A pun naik ke atas menara dan bergemalah suaranya.
Semua sahabat Rasulullah SAW, yang ada di sana menangis tak terkecuali. Dan di antara mereka, tangis yang paling kencang dan keras adalah tangis Sayidina Umar bin Khattab R.A. Dan itu, menjadi azan terakhir yang dikumandangan Sayidina Bilal R.A, hatinya tak kuasa menahan kenangan manis bersama manusia tercinta, nabi akhir zaman.
Begitulah manisnya kenangan dan mahalnya harga sebuah cinta, hinggakan diri sendiri dirasanya turun mati pabila pulangnya Baginda SAW kepangkuan Ilahi...
Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (iaitu Nabi Muhammad s.a.w), yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat tamak (inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman.
Kemudian jika mereka berpaling ingkar, maka katakanlah (wahai RASULULLAH SAW): “cukuplah bagiku Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; kepadaNya aku berserah diri, dan Dia lah yang mempunyai Arasy yang besar.”
( At Taubah 128~129)
Ya Allah, seram sejuk diri ini, sebak dada ini.. menitis air mata ini...
Allah.. Ya Rabbana..
Ya Rasulullah SAW, kami merinduimu, mencintaimu.
“Ya Rabbi solli ‘ala Muhammadya Rabbi solli ‘alayhi wassalim, ya Rabbi solli ‘ala Muhammad, ya Rabbi solli ‘alayhi wassalim,”.....


membaca Quran dengan suara yang baik
عن ابى هريرة انه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم
يَقُوْلُ مَا أَذِنَ الله لِشَئِْ مَا أَذِنَ لِنَبِىِّ حَسَنِ الصَّوْتِ
يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ يَجْهَرُبِهِ
Dari Abu Hurairah r.a. katanya : Bersabda Rasulullah s.a.w. :
"Tidaklah sesuatu mendapat perhatian penuh dari Allah,
sepenuh perhatianNya kepada irama yang nyaring dari pembaca Al Quran
terutama jika irama itu dari seorang Nabi yang baik suara"
Hadis sahih riwayat Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar