Entri Populer

Rabu, 15 Agustus 2012

hijriyah

Adakah sejarah kenapa bulan-bulan dalam penanggalan Arab dinamakan Rajab, Sya'ban, Ramadhan, dan lain sebagainya? Hoho, ternyata ada! Unik-unik pula. Sebagian kisahnya, mungkin, mengubah asumsi-asumsi kita tentang kehidupan masyarakat Arab kala itu, di mana Islam belum hadir menyentuh jiwa mereka. 
Muharram. Kenapa dinamakan seperti ini? Karena di bulan itu, sebelum Islam datang, ada kesepakatan di antara suku-suku Arab yang mengharamkan berperang satu sama lain.

Shafar. Bulan kedua ini diambil dari dari kata ashfar, yakni kuning. Lho, kenapa ya? Kenapa menjadikan warna ini sebagai dasar penentuan nama bulan? Rupanya ada rentang waktu di mana dedaunan menguning. Fenomena inilah yang membuat masyarakat menamainya demikian.

Rabi’ul Awal dan Akhir. Diambil dari kata "Rabi", yang artinya musim semi. Kenapa ditambahkan "awal" dan "akhir"? Sebab musim seminya agak panjang, karena itulah dibagi menjadi 2 bagian.

Jumadil Awal dan Akhir. Udah ngerti dong, kenapa ada kata "awal" dan "akhir"? Tapi, apa itu jumadil? Berasal dari kata jama, yakni membeku. Di masa ini, Arab kala itu masuk musim dingin, di mana air-airnya mulai membeku. Musim beku ini panjang, hingga perlu juga dibagi 2, sama dengan musim semi.

Rajab. Artinya meleleh. Ya, inilah masa di mana air yang membeku, mencair. Sehingga bulan ini pun dinamakan sesuai dengan fenomena keadaannya.

Sya’ban. Diambil dari kata "syi’b", yaitu lembah-lembah. Hmmm, apa hubungannya? Setelah musim beku berlalu, datangnya masa yang tepat untuk bercocok tanam. Bangsa Arab suka sekali pergi ke lembah-lembah untuk melakukan kegiatan ini.

Ramadhan. Sebagaimana sering kita dengar, Ramadhan itu artinya membakar. Membakar dosa? Ya, itu pemaknaan dalam terminologi Islam. Sedang bicara awal-awalnya, lebih karena masyarakat memasuki waktu musim panas, yang panasnya membakar.

Syawal. Artinya, meningkat. Amalnya setelah Ramadhan? Hehe. Kan Islam belum datang! Jadi, awalnya dinamakan Syawal karena cuaca. Yup, musim panasnya makin panas. Itu sebabnya dinamakan bulan peningkatan.

Dzul qa’dah. Diambil dari kata qa’adah (duduk). Eh, kenapa duduk? Di bulan ini, orang-orang lebih suka duduk-duduk di rumah masing-masing. Maklum, di luar rumah, panas sedang dalam keadaan puncak. Daripada menderita, jadi santai saja di dalam rumah! :D

Dzulhijjah. Dari kata Hajj, yakni haji. Haji, terlepas dari pelaksanaannya yang sudah jauh dari syariat Ibrahim, tetap dilaksanakan bangsa Arab. Musim haji pun mendapat kehormatan dari mereka untuk dijadikan nama bulan terakhir.[]



Sesungguhnya Allah menjadikan matahari sebagai titik tolak dalam mengetahui pergantian musim dalam setiap tahun, dan bulan sebagai perhitungan hari, bulan dan tahun. Di mana Allah jadikan dalam setiap tahun 12 bulan. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ‏‎ ‎اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي‎ ‎كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ‏‎ ‎السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا‎ ‎أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ‏‎ ‎الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا‎ ‎فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
Dua belas bulan yang diterangkan dalam ayat ini adalah bulan-bulan yang sudah diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin. Yaitu Muharam, Shafar, Rabi’ul Awwal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqadah dan Dzulhijjah.
Ibnu Rajab mengatakan, ”Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab.” [1]
Lalu Apa Saja Empat Bulan Suci Tersebut?
Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ‏‎ ‎كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ‏‎ ‎السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ،‏‎ ‎السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ،‏‎ ‎مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ،‏‎ ‎ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو‎ ‎الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ‏‎ ‎وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ‏‎ ‎الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى‎ ‎وَشَعْبَانَ
”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” [2]
Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Lalu Kenapa Bulan-bulan Tersebut Dinamakan Bulan Haram?
Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, ”Dinamakan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.” [3]
Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram.
Sufyan Ats Tsauri mengatakan, ”Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”
Ibnu ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.” [4]
Sandaran yang Benar untuk Menghitung Pergantian Bulan
Salah satu kemudahan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, Dia jadikan perhitungan hari, bulan dan tahun berdasarkan munculnya hilal (bulan sabit), yang muncul dari arah barat di saat matahari tenggelam. Hal ini bisa diketahui oleh semua pihak baik individu maupun masyarakat umum. Bila telah terlihat hilal, maka masuklah malam itu sebagai bulan baru dan berakhirlah bulan yang lalu. Dari sini diketahui, bahwa perhitungan waktu sehari-hari dihitung sejak tenggelamnya matahari, bukan dari terbitnya, karena awal bulan dihitung dengan tenggelamnya matahari.
Salah satu bukti terhadap hal ini adalah adanya perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya untuk melihat hilal dalam menentukan bulan Ramadhan dan Syawwal. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila kalian melihatnya (hilal) maka berpuasalah, dan apabila kalian melihatnya maka berbukalah. Namun bila mendung menghalangi kalian, perkirakanlah.” (Muttafaqun ‘alaih)
Darimana Perhitungan Tahun Islam Dimulai?
Pada zaman Khalifah Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, beliau mengumpulkan manusia untuk membicarakan darimana dimulainya tahun Islam. Dan ini terjadi kurang lebih pada tahun 16 H atau 17 H. Kemudian muncullah berbagai pendapat, di antaranya:
Pertama: Dihitung dari kelahiran Rasulullah
Kedua: Dihitung dari kematian beliau
Ketiga: Dihitung dari hijrahnya beliau
Keempat: Dihitung sejak beliau menjadi rasul.
Kemudian diputuskan oleh Umar bin Khaththab, bahwa dimulainya perhitungan tahun Islam adalah dari hijrahnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena sejak disyariatkannya hijrah, Allah Ta’ala telah memisahkan antara yang haq dan yang batil. Pada waktu itu pula awal pendirian negara Islam.
Bulan Apakah sebagai Permulaan Tahun Baru Islam?
Setelah ditentukannya awal perhitungan tahun Islam, terjadi silang pendapat untuk menentukan bulan apa yang dipakai sebagai sebagai permulaan tahun baru. Ada yang berpendapat Rabi’ul Awwal, karena di waktu itu dimulai perintah hijrah dari Makkah ke Madinah. Pendapat lain mengatakan bulan Ramadhan, karena di bulan itu diturunkannya Al-Qur’an. Namun silang pendapat ini tidak berjalan lama, setelah sebagian besar dari kalangan sahabat seperti Umar, Utsman, dan Ali radhiyallahu ‘anhum ajma’in sepakat, bahwa tahun baru Islam dimulai dari bulan Muharram. Di mana di bulan itu banyak hal-hal atau aktifitas yang diharamkan. Di antaranya tidak boleh mengadakan peperangan, kecuali dalam keadaan diserang maka diperbolehkan melawannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Makkah), dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan. Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 191)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu maka seranglah ia seimbang dengan seranganya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 194)
Dari sinilah dikatakannya Muharram sebagai bulan haram.
Adakah Sebutan Lain bagi Bulan Muharram?
Jika kita lihat dari beberapa kalender yang menyebar di zaman kita, di sana tertulis pengganti Muharram ini dengan istilah Syura. Kata ini pun sering kita dengar di masyarakat awam. Wallahu a’lam, mungkin persepsi ini muncul dari suatu hadits Rasulullah yang menerangkan keutamaan puasa di hari Asyura. Para ulama bersilang pendapat, apakah kata Asyura merupakan bahasa Arab atau bukan. Pendapat yang benar adalah kata ini didengar dari bangsa Arab sehingga ia dikategorikan sebagai bahasa Arab. Kata Asyura menurut sebagian berasal dari kata Asyir yang artinya kesepuluh (hari kesepuluh di bulan Muharram).
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa di hari Asyura (kesepuluh) dan beliau memerintahkan untuk berpuasa padanya.” (HR. Bukhari 4/214, Muslim 1130, dan Abu Dawud 2444)
b>Bulan Muharram adalah Syahrullah (Bulan Allah)
Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ‏‎ ‎رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ‏‎ ‎الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ‏‎ ‎الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ‏‎ ‎صَلاَةُ اللَّيْلِ
”Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” [5]
Bulan Muharram betul-betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan disandarkan pada lafazh jalalah Allah. Karena disandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah yang menunjukkan keagungan dan keistimewaannya. [6]
Perkataan yang sangat bagus dari As Zamakhsyari, kami nukil dari Faidhul Qodir (2/53), beliau rahimahullah mengatakan, ”Bulan Muharram ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ’Allah’ untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan tersebut, sebagaimana pula kita menyebut ’Baitullah’ (rumah Allah) atau ’Alullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di sini dan tidak kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan tersebut. Bulan Muharram inilah yang menggunakan nama Islami. Nama bulan ini sebelumnya adalah Shofar Al Awwal. Bulan lainnya masih menggunakan nama Jahiliyah, sedangkan bulan inilah yang memakai nama islami dan disebut Muharram. Bulan ini adalah seutama-utamanya bulan untuk berpuasa penuh setelah bulan Ramadhan. Adapun melakukan puasa tathowwu’ (puasa sunnah) pada sebagian bulan, maka itu masih lebih utama daripada melakukan puasa sunnah pada sebagian hari seperti pada hari Arofah dan 10 Dzulhijah. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Rojab. Bulan Muharram memiliki keistimewaan demikian karena bulan ini adalah bulan pertama dalam setahun dan pembuka tahun.” [7]
Al Hafizh Abul Fadhl Al ’Iroqiy mengatakan dalam Syarh Tirmidzi, ”Apa hikmah bulan Muharram disebut dengan syahrullah (bulan Allah), padahal semua bulan adalah milik Allah?” Beliau rahimahullah menjawab, ”Disebut demikian karena di bulan Muharram ini diharamkan pembunuhan. Juga bulan Muharram adalah bulan pertama dalam setahun. Bulan ini disandarkan pada Allah (sehingga disebut syahrullah atau bulan Allah, pen) untuk menunjukkan istimewanya bulan ini. Dan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sendiri tidak pernah menyandarkan bulan lain pada Allah Ta’ala kecuali bulan Allah (yaitu Muharram). [8]
Dengan melihat penjelasan Az Zamakhsyari dan Abul Fadhl Al ’Iroqiy di atas, jelaslah bahwa bulan Muharram adalah bulan yang sangat utama dan istimewa.



كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
“Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.’”[2]

Jumat, 10 Agustus 2012

peristiwa di bulan syawal

Syawal adalah bulan ke sepuluh di dalam kalender islam. Syawwal menurut akar katanya berarti naik, ringan, atau membawa (mengandung). Disebut demikian karena dahulu, ketika bulan-bulan hijriyah masih ‘disesuaikan’ dengan musim (praktek interkalasi), suhu meningkat karena berada pada musim panas seperti halnya Ramadhan. Selain itu, biasanya orang Arab mengamati bahwa pada bulan inilah unta-unta mengandung atau menaikkan ekornya sebagai tanda tidak mau dikawini. Karenanya, orang Arab juga memiliki kepercayaan bahwa bulan ini ‘tidak baik’ dan melihat pernikahan di bulan Syawal akan berakhir sial. Kepercayaan ini dihapus oleh islam dengan peristiwa pernikahan Nabi Muhammad saw. di bulan tersebut (lihat di bawah).

Peristiwa Ibadah

Hari pertama di bulan Syawal, tentu saja merupakan Hari Raya Idul Fitri bagi umat islam setelah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Pada 1 Syawal, kaum muslimin keluar rumah untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. (Lihat juga Kumpulan ucapan selamat idul fitri)
Hari-hari berikutnya di bulan Syawal merupakan kesempatan untuk ‘menyempurnakan’ puasa ramadhan dengan Puasa Enam Hari di bulan Syawal. Dengan tambahan puasa enam hari ini, kaum muslimin bisa memperoleh pahala setara dengan puasa satu tahun.
Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rosululloh bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Romadhon kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).
Bulan Syawal juga merupakan awal dimulainya bulan-bulan ibadah haji, karena sejak bulan inilah diperbolehkan berniat ihram untuk melakukan ibadah haji. Umrah yang dilakukan pada bulan ini juga bisa digabung dengan ibadah haji di bulan Dzulhijjah sehingga menjadi Haji Tammatu.

Peristiwa Sejarah

27 Syawal, Perjalanan Nabi saw. ke Thaif, tahun ke-10 kenabian.
13 Syawal, kelahiran ahli hadits Imam Bukhari
Syawal 1 H, Perang Bani Qainuqa
17 Syawal 3 H, Perang Uhud
Kelahiran Siti Aisyah dan pernikahannya dengan Nabi Muhammad saw. terjadi di bulan Syawal.
29 Syawal, pernikahan Fatimah dengan Ali ra.
Syawal 4 H, Pernikahan Nabi saw. dengan Ummu Salamah
Syawal 4 H, Kelahiran cucu Nabi saw., Hussain.
18 Syawal 5 H, Perang Khandaq (Ahzab, Parit)
6 Syawal 8 H, Perang Hunain
Demikianlah, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa ibadah dan sejarah di dalam islam yang terjadi di bulan Syawal ini.

Hari-hari bersejarah di bulan syawal.
• Dimulainya bulan –bulan haji yaitu :syawal,dzul-qa`dah dan 10 awal dzul-hijjah.
• Pasukan yang dikirim ke batnu-rabi` dipimpin oleh `ubaidah bin harits dan bersama dengannya   sa`ad bin abi waqqas,yang pertama melempar panah fisabilillah.(1H)
• Pernikahan Rosul Alaihi sholatu wa sallam dengan `a~isyah Rodiyallohu anha (1H)
• Lahirnya Abdullah bin zubair (Rodiyallohu anhuma),dan dialah bayi pertama muhajirin yang lahir dimadinah.(1H)
• Perang bani sulaim di kudri ,dan ini terjadi setelah perang badr (2H)
• Perang bani qainuqa,mereka adalah yahudi pertama dimadinah yang memerangi Rosul dan kaum muslimin,dan mereka yang pertama pula  mengkhianati perjanjian dengan kaum muslimin
• Perang uhud (3H) dimana kaum muslimin terpukul mundur akibat para pemanah yang melanggar perintah rosul untuk tetap ditempatnya sampai perang berakhir.
• Perang hamro-al-asad setelah uhud beberapa hari ya`ni rosululloh perintahkan para shahabat untuk mengejar kembali musuh mereka.
• Perang handaq (5H) dimana salman berisyarat agar membuat parit(handaq),perang ini disebut juga Ahzab ,karena bersekutunya beberapa kabilah untuk memerangi kaum muslimin.
• Perang hunain (8H) setelah fathu makkah
• Perang tho`if ,setelah hunain ,ya`ni mengejar musuh di hunain yang bergabung di tha`if.
• Wafatnya Imam Muhammad bin sirin (110 H).
• Lahirnya Imam bukhori (194 H) dan wafatnya (256 H) beliau wafat pada malam ied-alfitri dan di kuburkan pada hari raya 1 syawal.Rohimahulloh.



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ .
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka.
(Bukhori dan Muslim)
Pelajaran :
1.     Wajibnya menghindari semua apa yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam.
2.     Siapa yang tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara keseluruhan dan dia hanya mampu sebagiannya saja maka dia hendaknya melaksanakan apa yang dia mampu laksanakan.
3.     Allah tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya.
4.     Perkara yang mudah tidak gugur karena perkara yang sulit.
5.     Menolak keburukan lebih diutamakan dari mendatangkan kemaslahatan.
6.     Larangan untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu dan bersepakat.
7.     Wajib mengikuti Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, ta’at dan menempuh jalan keselamatan dan kesuksesan.
8.     Al Hafiz berkata : Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk menyibukkan diri dengan perkara yang lebih penting yang dibutuhkan saat itu ketimbang perkara yang saat tersebut belum dibutuhkan.

Rabu, 08 Agustus 2012

Hebatnya Ramadhan

Buku karya Syekh Dr Abdurrahman Al Baghdady ini memaparkan secara detil hari demi hari kejadian-kejadian penting dalam sejarah. Mulai dari ditetapkannya puasa oleh Rasulullah saw sampai dengan meninggalnya Imam Bukhari pada hari ketigapuluh Ramadhan. Berdasarkan sumber-sumber klasik dalam sejarah Islam, pakar sejarah dan fiqih Islam ini memberikan kepada kita khazanah ilmu yang berharga untuk diambil hikmahnya.
Menurut Syekh Abdurrahman, hari Ahad, 1 Ramadhan tahun ke-2 H, bertepatan dengan 26 Februari 624 M, adalah Ramadhan pertama kaum Muslimin berpuasa. Ada yang berpendapat kewajiban puasa Ramadhan diumumkan oleh Nabi pada hari Senin, 1 Sya'ban 2 H.
Ibnu Jarir dalam kitab Jami’ul Bayan (vol 3, hal 312) berkata, "Pada tahun ini puasa bulan Ramadhan diwajibkan. Ada yang berpendapat: Puasa Ramadhan disampaikan kewajibannya pada bulan Sya'ban tahun yang sama. Kemudian dikisahkan bahwa ketika Rasulullah saw tiba di kota Madinah beliau menjumpai kaum Yahudi berpuasa pada bulan Asyura. Beliau menanyakan hal itu kepada mereka, mereka menjawab, "Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan meneggelamkan bala tentara Fir'aun." Lalu beliau bersabda, "Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian." Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa. Hadits ini disebutkan di dalam kedua kitab shahih, dari Ibnu Abbas.
Dan Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (QS. al-Baqarah [2]: 183-185).
Ibnu Jarir berkata, "Di tahun ini orang-orang diperintahkan untuk menunaikan zakat fitrah. Ada yang berpendapat: Bahwasanya Rasulullah saw berkhutbah di hadapan orang-orang satu hari -atau dua hari- sebelum hari raya Idul Fitri, dan memerintahkan mereka untuk menunaikan zakat fitrah itu." Ibnu Jarir menambahkan, "Pada tahun ini Nabi saw melaksanakan shalat 'id, beliau keluar bersama orang-orang menuju tempat shalat. Itulah shalat 'id pertama yang beliau laksanakan. Orang-orang keluar di hadapan beliau yang membawa bayonet. Bayonet itu milik Zubair yang dihadiahkan Raja Najasyi kepadanya. Dan selanjutnya bayonet itu biasa dibawa di hadapan Rasulullah saw pada pelaksanaan shalat 'id." (Jami’ul Bayan, vol 3, hal 314).
Pada hari pertama bulan Ramadhan ini terjadi pula peristiwa penting: Turunnya Shuhuf Ibrahim as, Kebakaran Menakutkan di Masjid Nabawi, Pernikahan Rasulullah saw dengan Zainab binti Khuzaiman, Shalat Istisqa’ bersama Kaum Muslimin, Penaklukan Islam Merambah Mesir dan Dimulainya Penaklukan Andalusia.
Dalam peristiwa kebakaran di Masjid Nabawi, Ustadz Abdurrahman menggambarkan: ”Ibnu Imad, di dalam kitab Syadzarat Adz-Dzahab (3/263), berkata, "Pada tahun 654 H terjadi kebakaran di Masjid Nabawi-shalawat dan salam termulia semoga tetap terlimpah kepada pemilik masjid-. Tepatnya pada malam pertama bulan Ramadhan setelah shalat tarawih, disebabkan oleh terbakarnya kasur milik Abu Bakar Al-Maraghi, salah seorang pelayan masjid. Kebakaran itu bermula dari jatuhnya sampah dari tangan Abu Bakar –yakni, jatuhnya sumbu pelita yang sedang menyala- sehingga menyebabkan ledakan kebakaran besar di masjid mulia. Api membakar seluruh atap masjid. Beberapa tiang roboh dan timah meleleh. Ini terjadi sebelum orang-orang tidur.
Orang-orang tidak bisa berbuat apapun menghadapi lidah api yang membakar, hingga atap kamar Nabi yang mulia, padahal di dalamnya ada makam Nabi saw dan makam dua sahabat beliau; Abu Bakar ra dan Umar ra. Kebakaran juga membakar sebagian isi kamar . . .
Sangat wajar bila peristiwa semacam ini menyebabkan rasa takut dan gentar di hati kaum Muslimin, melihat masjid mulia dan tempat suci tertimpa bencana dan musibah.
Berkat karunia Allah, sejumlah khalifah dan pemimpin kaum Muslimin tergerak untuk memakmurkan Masjid Nabawi. Sebut saja Khalifah Al-Mu'tashim Billah dari Baghdad yang mengirimkan bantuan dan para pekerja. Proyek perbaikan Masjid Nabawi dimulai tahun 755 H. Kemudian (sangat disayangkan) Tartar menguasai kota Baghdad. Maka, para khalifah kaum Muslimin ketika itu berlomba-lomba membangun Masjid Nabawi, mereka adalah: Penguasa Mesir, Al-Manshur Nuruddin Ali bin Al-Mu'izz Ibik Ash-Shalihi, penguasa Yaman, Muzhaffar Syamsuddin Yusuf bin Al-Manshur, penguasa Mesir Azh-Zhahir Beibras, Zhahir Jamqamiq, dan Sulthan Qayit Bei. Ini terjadi sekitar tahun 879H, dan proyek pembangunan Masjid selesai pada akhir abad sembilan Hijriah.”
Pada hari ketiga Ramdahan misalnya, ada kejadian: Persiapan Perang Badar, Meninggalnya Sayyidah Fatimah az Zahra dan Peristiwa Tahkim. Pada hari keempat Ramadhan terjadi peristiwa: Penyerahan Bendera Pertama dalam Islam, Penaklukan Qisariah, Lahirnya Muhadits Abu Qasim as Samarqandi, Penaklukan kota Belgrad, Pengumuman Perang Melawan Jerman dan Meninggalnya Khalifah Abdul Hamid II. Pada hari keduabelas Ramadhan terjadi peristiwa penting: Persaudaraan Kaum Muhajirin dan Anshar, Penaklukan Pulau Cyprus, Serangan Romawi ke kota Dimyath Mesir, Pembangunan Masjid Jami’ Ibnu Tholon di Kairo, Meninggalnya sang Pemberi Nasihat dan Muhadits Imam Ibnul Jauzi, Dilengserkannya Haji bin Muhammad bin Qalawun (Raja al Muzhaffar), Meninggalnya Ahli Nahwu Ibnu Malik, Zabur Turun kepada Daud as, Kelahiran Rasulullah saw, Terbakarnya Masjid Nabawi untuk Kedua Kalinya dan Pasukan Thailand Menyerang Kaum Muslimin,
Banyak peristiwa-peristiwa yang dipaparkan cukup rinci dan menarik di buku itu. Diantaranya: Peristiwa Umar bin Khatab Menerima Kunci Baitul Maqdis, Selesainya Penyusunan Kitab Riyadhus Shalihin, Meninggalnya Sahabat Ternama Khalid bin Walid, Meninggalnya Ulama Besar dan Ahli Sejarah Ibnu Khaldun, Lahirnya Seorang Ahli Fikih Besar Fakhrudin ar Razi, Meninggalnya Imam al Haitsami Penulis Kitab Majma’ az Zawaid, Meninggalnya Amr bin Ash dan Orasi Thariq bin Ziyad di Hadapan Pasukannya Sebelum Menaklukkan Andalusia.
Syekh Abdurrahman al Baghdady, ulama dengan puluhan karyanya yang bemutu ini menulis: ”Pada tanggal 28 Ramadhan tahun 92H, bertepatan dengan tanggal 19 Juli 711M, panglima Muslim yang agung, Thariq bin Ziyad, berdiri menyemangati para pasukan agar tegar di medan perang. Kemudian sang panglima menyampaikan orasi yang menggugah dan sangat terkenal. Orasi ia awali dengan ucapannya,
"Wahai sekalian manusia, ke manakah kalian akan lari? Laut di belakang kalian dan musuh ada di hadapan kalian. Demi Allah, tidak ada yang kalian miliki kecuali kebulatan tekad dan kesabaran. Ketahuilah bahwa kalian di pulau ini lebih mirip anak-anak yatim di tengah jamuan makan orang-orang hina yang busuk hatinya. Musuh telah menyambut kalian dengan bala tentara, persenjataan dan bahan makanan mereka. Jumlahnya begitu melimpah. Sedangkan kalian di sini, tidak ada kekuatan kecuali pedang kalian, tidak ada makanan kecuali apa yang kalian rebut dari tangan musuh-musuh kalian. Jika hari-hari terus berlalu dalam kondisi papa seperti ini dan kalian tidak segera menyelesaikan urusan, tentu kekuatan kalian akan sirna, keberanian yang tersimpan di hati kalian akan berganti menjadi sikap pengecut. Maka, bela-lah diri kalian demi mencegah akibat yang akan kalian tanggung, dengan mengalahkan raja diktator itu. Apa yang aku lakukan maka lakukanlah. Jika aku maju menghadap musuh maka majulah. Jika aku berhenti maka berhentilah. Kemudian jadilah kalian seperti satu orang dalam pertempuran ini. Dan lihatlah sekarang, aku angkat senjata, maka angkatlah senjata kalian. Cukupkanlah bagi mereka untuk membebaskan pulau ini dengan membunuh si raja yang diktator itu, sebab mereka adalah rakyat yang terzhalimi."
Berkat keberanian panglima dan pahlawan ini kaum Muslimin berhasil membebaskan wilayah selatan Spanyol yang dikenal dengan Andalusia, pada masa Khalifah bani Umayyah Al-Walid bin Abdul Malik. Kemudian tidak sampai tujuh tahun berselang mereka mampu menguasai kurang lebih seluruh wilayah Spanyol, mereka lalu menggeneralisir seluruh wilayah Spanyol dengan sebutan Andalus, yaitu versi Arab untuk kata Andalusia.”

 عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.[رواه الترمذي ومسلم ]Terjemah hadits / ترجمة الحديث :Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim)Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak diatas tiang-tiang yang mantap.Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaannya, membenarkan kenabian Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam,  merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang syarat-syarat wajibnya zakat sudah ada pada mereka lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan.Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.Nash diatas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadits. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“ Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang “
Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal .

peristiwa di bulan suci

Tentu saja peristiwa yang paling agung dan tidak ada tandingannya dalam sejarah Ramadhan sepanjang masa ialah turunnya wahyu Allah SWT yakni Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat JIbril. Dan juga sekaligus penetapan ke-Rasul-an Muhammad SAW ketika Rasul SAW berumur 40 Tahun.

Dan peristiwa maha agung ini terjadi pada tanggal 25 Ramadhan menurut bebrapa pendapat Ulama yang masyhur. Dan ada juga yang mengatakan bahwa Al-Qur’an turun pada tanggal 22 Ramadhan. Atau juga sebagaimana riwayat yang masyhur dengan kita yaitu taggal 17 Ramadhan, dan semua riwayat ini juga ditulis oleh Imam Ibnu Katsir dalam Kitabnya “Al-Bidayah Wal-Nihayah”.

Seperti yang telah disinggung diatas, bahwa banyaknya peristiwa penting termasuk peperangan Islam yang terjadi pada Ramadhan sepanjang serah ini menunjukkan kebesaran dan kemuliaan Ramadhan itu sendiri. Dan ini juga menjadi symbol bagi Ramadhan dan puasa itu sendiri bahwa ia adalah symbol kekuatan, Jihad dan juga ‘Amal.

Bukan sebagai apa yang sering ditampakkan oleh sebagian orang yang kalau masuk Ramadhan malah menjadikannya ajang untuk bermalas-malasan, lemas, hilang semngat dan segala hal negative lainnya yang jelas-jelas bertentangan dengan semangat Ramadhan itu sendiri. Sehingga selalu saja menjadikan Ramdhan sebagai alas an untuk menurunnya produktifitas kerja dan belajar.

Persepsi yang keliru sekali. Justru tidak ada ajaran Islam yang malah menjadi penghalang seorang muslim melakukan hal-hal kebaikan walaupun itu sifatnya dunia. Justru Islamlah yang selalu memotivasi pemeluknya terus ber-Ihsan dan ber-Itqon dalam pekerjaan. Artinya Islam memerintahkan seorang Muslim untuk total dalam bekerja ataupun juga belajar. Total dalam segala bidang selama itu tidak menabrak koridor hukum yang berlaku dalam syariah.

Beberpa Pristiwa penting itu diantaranya ialah:



1. PERANG BADR

Peristiwa yang benar-benar secara rinci telah memisahkan mana yang Haq dan mana yang Bathil. Mana yang berada ada jalan kebenaran dan mana yang berada di jalan Kekufuran. Symbol hancurnya kemusyrikan dan penyembahan kepada patung. Padahal ketika itu posisi Muslim secara kuantitas kalah dan jauh dibawah orang-orang kafir, namun Allah membalikan keadaan dan memenangkan kebenaran.

“Dan sungguh Allah telah menolong kalian dalam perang badr, padahal kalian dalam keadaan lemah (sedikit). Maka bertaqwalah kepada Allah agar kalian mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imron 123)

Ibnu Abbas berkata: “itu (perang Badr) terjadi pada hari Jum’ah 17 Ramdhan, di hari itulah musuh Islam paling besar dibunuh”.



2. FATHU MAKKAH (PEMBUKAAN KOTA MAKKAH)

Peristiwa dibukanya Kota Mekkah ini yang juga berarti kemenangan bagi kamu Muslimin ketika itu setelah ter”usir” dari Mekkah itu sendiri. Dan kemenangan ini terjadi pada hari Jum’at tanggal 20 atau 21 Ramadhan tahun ke-8 Hijrah. Dan tahun ini juga, tahun dimana hancurnya seluruh berhala yang mengililingi ka’bah.



3. TERSEBARNYA ISLAM DI YAMAN

Setelah diutusnya Ali bin Abi Tholib ke Yaman untuk menyebarkan Islam didaratan tersebut pada Ramadhan tahun ke-10 Hijrah, beberapa kemenangan diperoleh oleh pasukan islam dan menjadikan Islam menjadi agama nomor satu bagi penduduk hingga saat ini di salah satu Negara semenanjung Jazirah tersebut.



4. MASUKNYA ISLAM DI ANDALUSIA

Pada hari Jumat 25 Ramadhan tahun 479 HIjrah, ada peristiwa besar yang menjadi momentum masuknya Islam di benua biru, yaitu peperangan “Zulaaqoh” di Andalus (sekarang Portugal dan Spanyol). Zalaqoh ialah nama sebuah daerah yang berada dekat dengan Portugal sekarang ini.

Pasukan Muslim yang ketika itu dipimpin oleh panglima Perang Yusuf bin Yasyfin, memenangkan peperangan pagi buta melawan tentara Perancis yang tersisa dibawah kepimpinan Alfonso 6 dan berhasil masuk ke Andalus.

Sebelumnya Andalus telah dimasuki oleh kaum Muslimin setelah beberapa lama dikuasai oleh tentara Kafir setelah sebelumnya pasukan Islam mengusai selat Giblatarq (Jabal Thoriq) dibawah panglima Thoriq bin ZIyad.

Thariq bin ZIyad berhasil masuk semenanjung ANdalus dan menaklukannya pada 28 Ramadhan tahun 92 Hijrah. Momen yang paling dikenang dalam peristiwa ini ialah ketika Thoriq bin Ziyad membakar semua kapal pasukannya setelah mendarat di Andalus, itu yang berarti bahwa tidak ada tujuan kedatangan mereka ke Andalus kecuali kemenangan. Karena kalau kalah mereka tidak akan bisa pulang, kapal mereka telah dibakar.



5. PERANG ‘AIN JALUT

Kemenangan besar kaum Muslimin atas pasukan Mongol yang juga besar pada 15 Ramadhan tahun 658 Hijrah bertepatan 3 September 1260 M. Pasukan Islam ketika itu dipimpin oleh panglima Kharismatik Qutuz dari Mesir

Selain beberapa peristiwa yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi peristiwa yang tidak bisa saya sebutkan semuanya. Seperti kemenangan Muslim atas pasukan Salib di Ramadhan Tahun 1393H/1973M. Peperangan untuk merebut kembali tanah Palestin yang sebelumnya direbut oleh Zionis Yahudi.

Intinya memang Ramadhan itu adalah bulan kemenanga, kekuatan, dan juga bulan Jihad. Bukan sebaliknya seperti yang banyak kita temui dari sikap kebanyakan orang yang ber-lemah-lemahn dan bermalas-malasan pada Ramadhan.

Sejarah Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan



alhikmah-online | Bukan tanpa alasan artikel ini berjudul “Islam dan Indonesia Merdeka serta Bulan Ramadhan”, semua dikarenakan betapa istimewanya Islam dan Indonesia serta kejadian pada Bulan Ramadhan yang Suci. Membahas tentang itu semua, bisa dimulai dari:

Turunnya Kitab Suci Para Nabi di Bulan Ramadhan:
  1. Taurat - Nabi Musa AS berbahasa Ibrani
  2. Zabur - Nabi Daud AS berbahasa Qibti
  3. Injil - Nabi Isa AS berbahasa Suryani
  4. Al-Quran - Nabi Muhammad SAW berbahasa Arab
Pahlawan Muslim yang Berjuang untuk Kemerdekaan Bangsa Indonesia:
  1. Cut Nyak Dhien
  2. Cut Nyak Meutia
  3. Kapiten Pattimura
  4. Kyai Haji Ahmad Dahlan
  5. Laksamana Keumalahayati
  6. Pangeran Diponegoro
  7. Panglima Polem
  8. Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo
  9. Sultan Agung Tirtayasa
  10. Sultan Hasanuddin
  11. Sultan Iskandar Muda
  12. Sultan Mahmud Badaruddin II
  13. Teuku Chik Ditiro
  14. Teuku Umar
  15. Tuanku Imam Bonjol
  16. dan ada lebih dari 126 Pahlawan Nasional lainnya menurut Wikipedia
Beberapa Peristiwa Penting yang Terjadi pada Bulan Ramadhan:
  1. Hancurnya berhala-berhala, seperti Latta, Uzza, dan Mana’at milik Kaum Kafir Quraisy.
  2. Ramadhan 2 H - pada hari ini Kaum Muslimin dibawah pimpinan Nabi Muhammad SAW berhasil mengalahkan pihak Musyrikin dalam Perang Badar.
  3. Ramadhan 8 H - Rosulullah SAW keluar bersama 10 ribu pasukan Perang dari Kaum Muhajirin dan Anshor menuju Makkah untuk membebaskannya dari kemusyrikan.
  4. Ramadhan 223 H - Sultan Al Mu’tasim seorang Khalifah ‘Abasiyah mengadakan pengepungan terhadap Kota ‘Umuriyah’ yang merupakan benteng pertahan terkuat kerajaan Benzantiniyyah di Asia.
  5. Ramadhan 361 H - Atas perintah Khalifah Fatimi Panglima Jauhar Ash Shiqili meletakan pondasi pertama pendirian Jami’ (Masjid) Al Azhar - Mesir.
  6. Ramadhan 587 H - Penghancuran dan penguasaan Kota ‘Asqolan yang merupakan pintu masuk menuju Kota Al Quds.
  7. Ramadhan 666 H - Pemerintahan Anthokiah didirikan oleh Pangeran Wormandi Buwaihimund pada tahun 491 H. Kota ini merupakan Kota termegah dengan dikelilingi benteng yang sangat kuat dijaga oleh ribuan pasukan secara bergiliran siang dan malam, walaupun kondisinya demikian Kaum Muslimin berhasil menaklukan daerah ini dengan izin Allah SWT dibawah Panglima Perang Dhohir Bibris.
  8. Ramadhan 732 H - Lahirnya seorang Ulama besar yaitu Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun atau dikenal dengan nama Ibnu Khaldun.
  9. Ramadhan 825 H - Sultan Murad II dari Khalifahan Utsmaniyah mengadakan pengepungan Kota Qostantiniyah dalam rangka menaklukan dan memasukannya dalam Naungan Islam.
  10. Ramadhan 1393 H - Tentara Mesir mampu menembus terusan Suez dan menghancurkan Benteng Berlif serta menghancurkan kekuatan tentara Israel.
  11. Ramadhan 1393 H - Terjadi serangan mendadak terhadap kekuatan Israel yang dilakukan oleh satu pasukan berani mati Palestina di Ramallah yang menyebabkan kerusakan dan kerugian dipihak Israel.
  12. Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 M - 8 Ramadhan 1364 H