Desa Ngleter adalah sebuah desa yang berada di Kaki
gunung Andong,letak tidak jauh dari kecamatan Grabag.Suatu kecamatan yang
sebagian besar mata pencaharian adalah Petani.Begitu juga desa ngleter saat itu
kebanyakan mereka bekerja di sawah tidak terkecuali Asjhari yang baru saja di
karuniani anak laki.Asjhari percaya suatu saat ada pekerjaan yang lebih
mapan.Bermodalkan sekolah di lulusan sekolah guru agama di tambah di pesantren
API Tegalrejo walau hanya sampai Kelas Wahab tapi sudah lumayan dalam bidang
agama,di samping dulu juga pernah nyantri di Kleteran masih juga berada di
Wates bekal pesantren sudah cukup memadai untuk menjalani kehidupan yang penuh
dengan lika liku kehidupan.
Sementara itu
Nurhayati istri dari pak Asjhari di rumah mengasuh bayi dengan penuh kasih
saying,mendidik dan merawat secara sederhana, karna pada tahun 1976 kehidupan
memang masih memprihatinkan,sekedar buat makan saja apa adanya apalagi buat
beli susu formula buat sang buah hati,ada sedikit kegelisahan karna tidak bisa
memberikan yang terbaik buat sang bayi.Walau demikian ibu Nurhayati tidak
pernah mengeluh untuk membesarkan sang anak yang bernama Agus Chariri.
Empat bulan
sudah Usia Agus,tak terasa pagi itu hari minggu Legi di mana adat di desa
ngleter biasanya di adakan selamatan bagi sang bayi ketika hari lahirnya,maka
di buatlah makanan kalau jawa bilang “nasi kluban” yaitu nasi yang di campur
dengan sayur pakai kelapa terus di kasih ikan teri kecil, di tambah kerupuk
masi tambah telur di iris kecil kecil, yang lebih asyik lagi yang makan anak
anak secara beramai ramai dalam bahasa jawa di sebut “Kembulan”.Namun sebelum
makan biasanya di doakan dulu oleh orang tua sang bayi yang intinya memohon
keselamatan bagi sang anak juga kalau sudah dewasa jadi anak yang soleh
berbakti pada ortu juga pada agama nusa dan bangsa.
Tidak lama
dari acara selamatan Pak Asjhari mendapat panggilan dari dinas pendidikan dan
mendapat SK dari dekdibud tuk menjadi guru,Betapa senang Pak Asjhari menerima
surat itu sambil Sujud sukur ternyata doa nya di kabulkan oleh Allah SWT.
Tapi dalam surat itu Pak Asjhari masih di beri beberapa
opsi/pilihan:
Yang pertama dia harus memilih daerah yang harus di
tempati ketika nantinya tugas yaitu di kota Brebes dan di cilacap.Berat rasanya
meninggalkan desa kelahiran namun di dorong tugas kerja maka keluarga asjhari
memilih tuk hijrah ke Cilacap menjadi guru sd di sana, tepatnya desa Maos
Penisihan kabupaten Cilacap.
Dengan di
iringi tangis dari keluarga berangkatlah keluarga asjhari ke Cilacap,Entah
nantinya di sana akan tinggal di mana tiada sanak saudara di daerah
tersebut.Pak Asjhari percaya pasti nanti aka nada jalan baginya. Sementara di
Desa Ngleter sang Ibunda Asjhari merasa sedih di tinggal anak laki laki semata
wayang itu,karna setelah suaminya meninggal di Tembak belanda Ibunda Asiyah
Kemudian menikah kembali dengan Muh toha
dari Wiyono memberikan keturunan istitokhoyah dan Nurkhayati,jadi antara ke dua
perempuan satu Ibu beda Ayah.
Setelah
sampai di Maos Keluarga Asjhari di sambut penduduk desa dengan sederhana.Beda
desa beda tradisi itulah tanah Jawa tapi walau beda tetapi tetap saudara.
Desa maos tidak begitu besar sama dengan Ngleter Cuma
kalau di Desa Ngleter hawa sedikit agak dingin sedangkan di Maos ya lumayan
panas jadi sedikit agak adaptasi bagi
Kel asjhari.Untuk sementara kel di tamping di RT nya yaitu bapak
Murtadho termasuk orang terpandang di daerah itu,sambil menunggu tempat tinggal
yang pasti.
Sekian lama
berada di rumah pk Rt, ada seorang Haji yang kaya di desa maos mendatangi kel
Asjhari. Beliau menawarkan untuk menempati rumah yang berada di depannya karana
rumah tersebut kosong tak berpenghuni,dulunya di tempati adiknya kemudian adik
pk Haji pindah ke purwokerto,Rumah tersebut tidak begitu besar bangunan juga
sudah agak tua jarang orang desa masuk ke rumah itu,pada saat itu rumah hanya
di gunakan untuk Gudang beras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar