Di Benares, India, hidup seorang raja
yang sangat gemar berbicara. Apabila ia sudah mulai membuka mulutnya,
tak seorang pun diberi kesempatan menyela pembicaraannya. Hal ini sangat
mengganggu menterinya. Sang menteri pun selalu memikirkan cara terbaik
menghilangkan kebiasaan buruk rajanya itu.
Pada suatu hari raja dan menterinya
pergi berjalan-jalan di halaman istana. Tiba-tiba mereka melihat seekor
kura-kura tergeletak di lantai. Tempurungnya terbelah menjadi dua.
“Sungguh ajaib!” kata Sang Raja dengan heran. “Bagaimana hal ini dapat
terjadi?” Lalu Raja mulai dengan dugaan-dugaannya. Dia terusmenerus
membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan kura-kura itu.
Sang Menteri hanya mengangguk-anggukkan
kepala menunggu kesempatan berbicara. Kemudian dia merasa menemukan cara
terbaik untuk menghilangkan kebiasaan buruk Sang Raja. Ketika Sang Raja
menarik napas untuk berbicara lagi, Sang Menteri segera menukas dan
berkata, “Paduka, saya tahu kejadian sebenarnya yang dialami kura-kura
naas ini!” “Benarkah? Bila begitu, lekas katakan,” kata Raja penuh rasa
ingin tahu. Dengan penuh keseriusan Sang Raja mendengarkan cerita
menterinya. Sang Menteri pun mulai bercerita. Kura-kura itu awalnya
tinggal di sebuah danau di dekat pegunungan Himalaya.
Di sana terdapat juga dua ekor angsa
yang selalu mencari makan di danau tersebut. Mereka pun akhirnya
bersahabat. Pada suatu hari dua ekor angsa itu menemui kura-kura yang
sedang berjemur di tepi danau. “Kura-kura, kami akan segera kembali ke
tempat asal kami yang terletak di gua emas di kaki Gunung Tschittakura.
Daerah tempat tinggal kami adalah daerah terindah di dunia. Tidakkah
engkau ingin ikut kami ke sana?” tanya Sang Angsa. “Dengan senang hati
aku akan turut denganmu,” sahut kura-kura riang. “Tetapi, sayangnya aku
tak dapat terbang seperti kalian,” lanjutnya dengan wajah mendadak
sedih. “Kami akan membantumu agar dapat turut bersama kami ke sana.
Tapi selama dalam perjalanan kamu jangan
berbicara karena akan membahayakan dirimu,” kata angsa. “Aku akan
selalu mengingat laranganmu. Bawalah aku ke tempat kalian yang indah
itu,” janji kura-kura. Lalu kedua angsa tersebut meminta kura-kura agar
menggigit sepotong bambu. Kemudian kedua angsa tersebut menggigit
ujung-ujung bambu dan mereka pun terbang ke angkasa. Ketika kedua angsa
itu sudah terbang tinggi, beberapa orang di Benares melihat pemandangan
unik tersebut.
Mereka pun tertawa terbahak-bahak sambil
berteriak. “Coba, lihat! Sungguh lucu. Ada dua ekor angsa membawa
kura-kura dengan sepotong bambu.” Kura-kura yang suka sekali bicara
merasa tersinggung ditertawakan. Dia pun lupa pada larangan kedua
sahabatnya. Dengan penuh kemarahan dia berkata, “Apa anehnya? Apakah
manusia itu sedemikian bodohnya sehingga merasa aneh melihat hal seperti
ini?” Ketika kura-kura membuka mulutnya untuk berbicara, dua ekor angsa
itu sedang terbang di istana.
Kura-kura pun terlepas dari bilah bambu
yang digigitnya. Dia terjatuh tepat di sini dan tempurungnya terbelah
dua. “Kalau saja kura-kura itu tidak suka berbicara berlebih-lebihan,
tentu sekarang dia telah tiba di tempat sahabatnya,” kata Sang Menteri
mengakhiri ceritanya sambil memandang Sang Raja. Pada saat bersamaan
Raja pun memandang menterinya. “Sebuah cerita yang menarik,” sahut Sang
Raja sambil tersenyum. Dia menyadari kemana arah pembicaraan menterinya.
Sejak saat itu, Sang Raja mulai menghemat kata-katanya. Dia tidak lagi
banyak bicara. Tentu saja Sang Menteri amat senang melihat kenyataan
itu.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari
Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia
memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Pelajaran :
1. Iman terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari.
2. Islam menyerukan kepada sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dikalangan individu masyarakat muslim.
3. Termasuk kesempurnaan iman adalah perkataan yang baik dan diam dari selainnya .
4.
Berlebih-lebihan dalam pembicaraan dapat menyebabkan kehancuran,
sedangkan menjaga pembicaraan merupakan jalan keselamatan.
5.
Islam sangat menjaga agar seorang muslim berbicara apa yang bermanfaat
dan mencegah perkataan yang diharamkan dalam setiap kondisi.
6.
Tidak memperbanyak pembicaraan yang diperbolehkan, karena hal tersebut
dapat menyeret kepada perbuatan yang diharamkan atau yang makruh.
7. Termasuk kesempurnaan iman adalah menghormati tetangganya dan memperhatikanya serta tidak menyakitinya.
8. Wajib berbicara saat dibutuhkan, khususnya jika bertujuan menerangkan yang haq dan beramar ma’ruf nahi munkar.
9. Memuliakan tamu termasuk diantara kemuliaan akhlak dan pertanda komitmennya terhadap syariat Islam.
10. Anjuran untuk mempergauli orang lain dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar