Entri Populer

Kamis, 25 Oktober 2012

pergantian kiswah


Pencucian Ka`bah dilakukukan setahun sekali dan disaksikan oleh para pemimpin negara Islam yang datang sesuai dengan udangan dari pemerintah setempat. Prosesnya adalah dinding Ka`bah dibersihkan dengan air bercampur minyak wangi. Setelah bersih dan bagian dalam Kabah disapu, tamu-tamu negara dipersilahkan memasuki bagian dalam Ka`bah sebagai satu penghormatan. Dan  jika kita sudah berada di dalam Ka`bah, kita boleh menghadap shalat ke arah mana saja yang kita inginkan. Ini berarti bahwa Ka’bah ada di dalam hati kita bukan lagi sebagai simbul yang didirikan untuk menghadap ke arahnya.
Menurut riwayat dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw jika masuk ke dalam Ka’bah, beliau terus berjalan dengan muka menghadap dinding hingga pintu ka’bah berada dibelakang beliau, dan di hadapannya beliau sholat disitu, jaraknya kira-kira 3 hasta. Konon dari arah pintu masuk itu ada mihrab (tempat sholat) kemungkinan dibangun karena disitulah Rasulallah saw pernah melaksanakan sholat didalam ka’bah.
Di dalam Ka’bah sebelah kanan dari pintu Ka’bah dapat kita lihat sebuah pintu yang menuju ke atas dengan menggunakan tangga biasa. Pintu ini disebut dengan  ”Bab Attaubah” yang artinya pintu tobat. Konon, katanya pintu itu ada koncinya, dan disekitar pintu ini dihiasi dengan kain kiswah.
Pemandangan Ka`bah dari dalam agak berbeda dengan di luar Ka’bah, dinding dalam Ka`bah, atap, lantai, serta tiangnya, biasa saja seperti dinding batu lainnya. Di dalam Ka’bah terdapat 3 buah tiang yang terbuat dari kayu, besarnya kira-kira setengah meter berwarna merah kekuning-kuningan. Menurut sejarahnya tiang-tiang itu dipasang oleh Abdullah bin Zubair ra 14 abad yang lalu. Ketiga tiang tersebut masing-masing bernama Hannan, Mannan, dan Dayyan. Sedang yang sebuah lagi tidak tampak, yang bernama Burhan. Dari atas Ka’bah ditutup kelambu dengan kain sutera Merah dihiasi dengan tulisan tenun benang putih dalam bentuk huruf Arab yang artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagiNya Maha Suci Allah Yang maha Agung”. Selain itu ada bundaran dimana didalamnya terdapat kata-kata yang artinya : “Wahai Yang Maha Penyayang, Wahai Yang Maha Kuasa, Wahai Yang Banyak KaruaniaNya, Wahai Yang Maha Suci”.

Bagi yang tidak bisa masuk ke dalam Ka’bah, maka cukup baginya untuk masuk ke dalam Hijir Ismail. Karena masuk ke dalam Hijir Ismail berarti sama dengan masuk ke dalam Ka’bah. Siti Aisyah ra, istri rasulallah saw, pernah ingin masuk ke dalam Ka’bah dan shalat di dalamnya, tapi beliau menarik tangannya dan membawanya ke Hijir Ismail seraya bersabda ”Jika engkau ingin masuk ke Baitullah, maka shalatlah disini (Hijir) karena ini adalah bagian dari Baitullah, karena kaummu menguranginya disaat membangunya kembali” (HR. Nasa’i)



عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم : لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ، لاَدَّعَى رِجَالٌ أَمْوَالَ قَوْمٍ وَدِمَاءَهُمْ، لَكِنَّ الْبَيِّنَةَ عَلَى الْمُدَّعِيْ وَالْيَمِيْنَ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ
[حديث حسن رواه البيهقي وغيره هكذا، وبعضه في الصحيحين]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Seandainya setiap pengaduan manusia diterima, niscaya setiap orang akan mengadukan harta suatu kaum dan darah mereka, karena itu (agar tidak terjadi hal tersebut) maka bagi pendakwa agar mendatangkn bukti dan sumpah bagi yang mengingkarinya
(Hadits hasan riwayat Baihaqi dan lainnya yang sebagiannya terdapat dalam As Shahihain)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1.     Seorang hakim harus meminta dari kedua orang yang bersengketa sesuatu yang dapat menguatkan pengakuan mereka.
2.     Seorang hakim tidak boleh memutuskan sebuah perkara dengan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
3.     Pada dasarnya seseorang bebas dari tuduhan hingga terbukti perbuatan jahatnya.
4.     Seorang hakim harus berusaha keras untuk mengetahui permasalahan sebenarnya dan menjelaskan hukumnya berdasarkan apa yang tampak baginya.
5.     Bersumpah hanya diperbolehkan atas nama Allah.

Masjid Namiroh

Masjid Namirah

Ada dua tempat di Arafah yang memiliki nilai sejarah sangat penting, pertama masjid Namirah dan yang kedua Jabal Arafah.  Di Masjid ini atau dimana saja di Arafah dianjurkan bagi jamaah haji untuk melakukan sholat Dhuhur dan Ashar jama’ dan qashar dua rakat – dua rakat dengan satu azan dan dua kali iqamah, sesuai dengan yang telah dilakukan Rasulallah saw saat beliau melakukan haji Wada’ dan berwukuf di Arafah. Beliau sholat asar dan dulur jama’ dan qashar.
Kemudian di Arafah beliau berkhuthbah. Dan tempat dimana beliau berkhuthbah dibangun sebuah masjid pada pertengahan abad ke dua oleh penguasa Abbasiyah dan diberi nama masjid Namirar. Dinamakan Namirah karena letaknya berdekatan dengan bukit kecil yang berada di sebelah barat Masjid. Bukit ini bernama bukit Namirah. Sebagian dari masjid Namirah yang mengarah ke timur terletak di wadi ‘Uranah. Tempat ini tidak termasuk Arafah dan Rasulallah saw melarang berwukuf di tempat itu, sesuai dengan sabda Rasulallah saw saat melakukan ibadah haji wada’ ”Aku berwukuf di sini, dan Arafat seluruhnya tempat wukuf, kecuali wadi ’Uranah”.  Jadi masjid Namirah yang terletak di dalam wadi ini tidak termasuk Arafah, dan wadi ini sangat berdekatan sekali dengan Arafah. Adapun masjid yang mengarah ke barat termasuk Arafah. Masjid ini sekarang sangat luas, berukuran kurang lebih 8000 meter persegi, memiliki 64 pintu masuk, 6 menara, dan bisa memuat 350 ribu orang untuk solat didalamnya.

Masjid Namirah dikenal juga dengan julukan masjid Ibrahim atau masjid Arafah. Setelah perluasan, masjid ini terbagi dua, yang sebelah muka masjid tidak termasuk Arafah dan yang sebelah belakang masjid termasuk bagian dari Arafah. Di bagian muka dan belakang masjid Namirah terbentang papan penunjuk arah yang menuju ke Arafah dan arah yang bukan Arafah.]

Namirah (atau Namrah) ialah nama gunung yang ada di sebelah Barat masjid. Oleh karenanya masjid tersebut dinamakan dengan masjid Namirah. Pada hari Arafah, Nabi membuat kemah di Namirah, dan setelah tergelincirnya matahari beliau pindah ke tengah lembah Urnah, berkhutbah dan shalat disana. Kemudian pindah lagi ke tempat wukuf semula di padang Arafah. Setelah terbenamnya matahari Nabi berangkat menuju Muzdalifah.

Pada masa awal dinasti Abbasiah pada pertengahan abad ke 2 Hijriyah, masjid Namirah dibangun di tempatkhutbah dan shalatnya Nabi Saw. di lembah Urnah. Perlu ditegaskan disini, bahwa lembah Urnah bukan merupakan bagian dari Arafah. Setelah perluasan masjid yang dilakukan terus menerus sepanjang sejarah, maka bagian depan masjid masih tetap bukan merupakan bagian dari tanah Arafah, sementara bagian belakangnya telah masuk ke tanah Arafah.

Disana ada rambu-rambu yang menunjukkan batas-batas tanah Arafah. Maka bagi para jemaah haji, dianjurkan agar berpindah tempat dan masuk ke dalam batas tanah suci Arafah, yaitu setelah menunaikan shalat Zhuhur dan Asar. Sehingga barang siapa yang masih berdiam di depan masjid dan baru bergerak ke Muzdalifah setelah terbenamnya matahari, maka hajinya tidak sah.


Perluasandan Pembangunan Masjid oleh Kerajaan Saudi


Perluasan dan renovasi kembali masjid Namirah tersebut dilaksanakan pada masa Pemerintahan Kerajaan Saudi yang menelan biaya seluruhnya mencapai 237 juta Riyal. Panjang masjid dari Timur smpai Barat kurang lebih 340 m, dengan lebar dari Utara ke Selatan mencapai 240 m. Sedangkan luasnya lebih dari 110.000 m2, yang terbagi diantaranya sekitar 28.000 m2 pada bagian belakang yang bertingkat dua dengan panjang 120 m. Sementara di belakang masjid terdapat halaman tertutup seluas kurang lebih 8000 m2.

Masjid Namirah dapat menampung sekitar 350 ribu jemaah, dengan 6 buah menara yang masing-masing berketinggian 60m, 3 buah kubah, dan 10 jalan masuk utama yang terdiri dari 64 buah pintu. Masjid ini juga dilengkapi dengan 663 pendingin udara (AC), ruang system informasi yang berfungsi merekam pelaksanaan ibadah haji dan memancarkannya melalui satelit ke seluruh penjuru dunia.
Selain itu, di sekitar Masjid juga disediakan lebih dari 1000 kamar mandi dan toilet, 15 ribu lebih kran pancuran untuk eudlu , serta dua drum besar penampung air dingin dengan kapasitas volume masing-masing sekitar 4500 m3.

عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ  يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ
[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : Suatu saat saya berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda : Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : Haditsnya hasan shahih). Dalam sebuah riwayat selain Turmuzi dikatakan : Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya didepanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang  ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1.     Perhatian Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam mengarahkan umatnya serta menyiapkan generasi mu’min idaman.
2.     Termasuk adab pengajaran adalah menarik perhatian pelajar agar timbul keinginannya terhadap pengetahuan sehingga hal tersebut lebih terkesan dalam dirinya.
3.     Siapa yang konsekwen melaksanakan perintah-perintah Allah, nicsaya Allah akan menjaganya di dunia dan akhirat.
4.     Beramal shalih serta melaksanakan perintah Allah dapat menolak bencana dan mengeluarkan seseorang dari kesulitan.
5.     Tidak mengarahkan permintaan apapun (yang tidak dapat dilakukan makhluk) selain kepada Allah semata.
6.     Manusia tidak akan mengalami musibah kecuali berdasarkan ketetapan Allah ta’ala .
7.     Menghormati waktu dan menggunakannya kepada sesuatu yang bermanfaat  sebagaimana Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memanfaatkan waktunya saat beliau berkendaraan.

Arafah

إِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ
(Apabila Kamu Telah Bertolak Dari Arafah)

Mukaddimah:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبعد!
Jabal Arafah:
Arafah adalah nama sebuah bukit terletak sekitar 20 Km di sebelah timur kota Makkah, tempat melaksanakan salah satu manasik yang paling penting dalam ibadah haji, yaitu “wukuf di Arafah” pada hari ke-9 bulan Zul-Hijjah, sehari sebelum Idul Adha. Wukuf di Arafah merupakan puncak pelaksanaan manasik haji, sebagaimana sabda rasulullah SAW: “Puncak manasik haji adalah wukuf di Arafah”.

Nama Arafah berasal dari Bahasa Arab “عَــــــــرَفـَـــــــةُ (mengetahui), sejarah penamaannya kembali kepada peristiwa ribuan tahun yang lalu, yaitu ketika nabi Ibrahim as memohon kepada Allah diberitahukan manasik ibadahnya (Lihat: QS: 02: 128), maka Allah mengutus malaikat Jibril as memperagakan manasik kepadanya, sebagaimana telah dijelaskan pada beberapa serial kita yang lalu (lihat kembali); Mula-mula Jibril membawa Ibrahim tawaf di Baitullah, lalu ke bukit Shafa, bukit Marwah, Mina, Muzdalifah, dan terakhir ke jabal Arafah; setelah rampung semua peragaan manasiknya, maka Jibril bertanya kepada Ibrahim: “أَعَرَفْتَ؟ أَعَرَفْتَ؟” (Apakah kamu sudah mengetahui? 2x), kemudian Ibrahim menjawab: “عَرَفْتُ... عَرَفْتُ” (saya sudah mengetahui... saya sudah mengerti). 

Ada juga versi riwayat menceritakan: Ketika Adam as dan bunda Hawa turun dari surga, mereka mendarat di bumi secara terpisah satu sama lain, dan akhirnya keduanya bertemu di lokasi jabal Arafah maka mereka saling mengetahui keberadaannya di tempat itu. Dan bagi umat Islam jabal Arafah – sekarang – telah menjadi ajang pertemuan besar; setiap tahun berkumpul di sana jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia untuk saling mengetahui dan mengenal satu sama lain dalam satu tujuan bersama yaitu menunaikan ibadah haji sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT.
Lanjutan Tafsir Ayat-ayat Haji dan Umrah:
Allah berfirman:
فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ (١٩٨) ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٩٩)
Artinya: “Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat; Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: 02: 196 – 199)

Puncak Manasik Haji Wukuf Di Arafah:

Allah berfirman:

فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ

Artinya: “Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat,,,;

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa puncak prosesi manasik haji adalah wukuf di padang Arafah, seperti sabda rasulullah SAW: “Haji adalah wukuf di Arafah”, oleh karena itu bagaimana pun kondisi calon haji - selama masih bernafas - maka dia tetap wajib berada dan wukuf di Arafah pada hari ke-9 Zil-Hijjah, tempo antara mulai tergelincir matahari (siang) sampai terbenamnya menjelang maghrib, tidak boleh di wakili oleh siapa pun. 


Jika calan haji tidak melakukan wukuf atau tidak memasuki wilayah Arafah pada tempo-tempo di sebutkan di atas, maka dia terhitung tidak menunaikan ibadah haji. Tidak boleh mengikuti wukuf dari Makkah, karena Arafah berada di luar garis batas tanah haram, yaitu salah satu garis batas tanah haram dari arah timur, luasnya secara keseluruhan sekitar 10,4 Km2.

Selama wukuf di Arafah para jamaah haji berzikir menyebut nama Allah dan memperbanyak doa; melaksanakan shalat Dhuhur dan Ashar dengan (qashar dan  jama’ taqdim) secara berjamaah dan mendengarkan khutbah wukuf, sambil tetap memanjatkan doa dan zikir.

Berzikir Di Masy’aril Haram:

Allah berfirman:

أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ (١٩٨)

Artinya: “kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat;

Yaitu, berangkat meninggalkan Arafah setelah terbenam matahari, memasuki malam kurban (10 Zul-Hijjah), menuju ke Masy’aril Haram yaitu Muzdalifah. Mabit (bermalam) di Muzdalifah; melaksanakan shalat Maghreb dan Isya (qashar shalat Isya dan jama’ ta’khir); memperbanyak zikir dan do’a; mengambil minimal 7 butir batu kerikil untuk melontar Jamrah Aqabah; dan shalat Subuh di Muzdalifah.

Bertolak Menuju Mina:

Allah berfirman:

ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٩٩)

Artinya: “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah-Muzdalifah) dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: 02: 199)

Manasik selanjutnya, setelah mabit di Muzdalifah dengan memperbanyak zikir dan doa di Masy’aril Haram tersebut, maka - setelah matahari terbit dan mulai terang - lalu bertolaklah dari Muzdalifah, yaitu tempat orang-orang bertolak itu dari semenjak nabi ibrahim as sampai sekarang, menuju ke Mina; langsung menuju Jamrah Aqabah dan melontar 7 butir batu secara berturut sambil membaca “Allahu Akbar” setiap lemparan. 

Kemudian berangkat menuju ke tempat penyebelihan memotong “hadyu” (binatang kurban); pergi tawaf di Baitullah; Sa’i di Shafa dan Marwah. Dan kembali bermalam di Mina selama hari-hari tasyriq (11-12-13 Zul-Hijjah); melontar tiga Jumrah (ulaa, wusthaa dan aqabah) sekali tiap hari selama hari-hari tasyriq tersebut, maka selesailah semua manasik haji sebagaimana telah di contohkan nabi Muhammad SAW yang di warisi dari buyutnya Ibrahim as.


عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ  ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً “
[رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi : Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut : Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.
(Riwayat Bukhori dan Muslim dalam kedua shahihnya dengan redaksi ini).
Pelajaran.
1.     Kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya yang beriman sangat luas dan ampunannya menyeluruh sedang pemberian-Nya tidak terbatas.
2.     Sesungguhnya apa yang tidak kuasa oleh manusia, dia tidak diperhitungkan dan dipaksa menunaikannya.
3.     Allah tidak menghitung keinginan hati dan kehendak perbuatan manusia kecuali jika kemudian dibuktikan dengan amal perbuatan dan praktik.
4.     Seorang muslim hendaklah meniatkan perbuatan baik selalu dan membuktikannya, diharapkan dengan begitu akan ditulis pahalanya dan ganjarannya dan dirinya telah siap untuk melaksanakannya jika sebabnya telah tersedia.
5.     Semakin besar tingkat keikhlasan semakin berlipat-lipat pahala dan ganjaran.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Bosen?

Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji, “Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.” Sang Ustad pun tersenyum, “Oh, kamu sakit.”

“Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.
Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.
“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Ustad.
“Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Ustad.
“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”
“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”
“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”
Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.”
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.”
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
” Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini ”.
Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya. Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.
Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini……



عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
[رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]
Terjemah Hadits / ترجمة الحديث :
Dari Anas Radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan “
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : haditsnya hasan shahih).
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1.     Berdoa diperintahkan dan dijanjikan  untuk dikabulkan.
2.     Pemberian maaf Allah dan ampunan-Nya lebih luas dan lebih besar dari dosa seorang hamba jika dia minta ampun dan bertaubat.
3.     Berbaik sangka kepada Allah Ta’ala, Dialah semata Yang Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan istighfar.
4.     Tauhid adalah pokok ampunan dan sebab satu-satunya untuk meraihnya.
5.     Membuka pintu harapan bagi ahli maksiat untuk segera bertaubat dan menyesal betapapun banyak dosanya.

Raja vs Kura kura

Di Benares, India, hidup seorang raja yang sangat gemar berbicara. Apabila ia sudah mulai membuka mulutnya, tak seorang pun diberi kesempatan menyela pembicaraannya. Hal ini sangat mengganggu menterinya. Sang menteri pun selalu memikirkan cara terbaik menghilangkan kebiasaan buruk rajanya itu.
Pada suatu hari raja dan menterinya pergi berjalan-jalan di halaman istana. Tiba-tiba mereka melihat seekor kura-kura tergeletak di lantai. Tempurungnya terbelah menjadi dua. “Sungguh ajaib!” kata Sang Raja dengan heran. “Bagaimana hal ini dapat terjadi?” Lalu Raja mulai dengan dugaan-dugaannya. Dia terusmenerus membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan kura-kura itu.
Sang Menteri hanya mengangguk-anggukkan kepala menunggu kesempatan berbicara. Kemudian dia merasa menemukan cara terbaik untuk menghilangkan kebiasaan buruk Sang Raja. Ketika Sang Raja menarik napas untuk berbicara lagi, Sang Menteri segera menukas dan berkata, “Paduka, saya tahu kejadian sebenarnya yang dialami kura-kura naas ini!” “Benarkah? Bila begitu, lekas katakan,” kata Raja penuh rasa ingin tahu. Dengan penuh keseriusan Sang Raja mendengarkan cerita menterinya. Sang Menteri pun mulai bercerita. Kura-kura itu awalnya tinggal di sebuah danau di dekat pegunungan Himalaya.
Di sana terdapat juga dua ekor angsa yang selalu mencari makan di danau tersebut. Mereka pun akhirnya bersahabat. Pada suatu hari dua ekor angsa itu menemui kura-kura yang sedang berjemur di tepi danau. “Kura-kura, kami akan segera kembali ke tempat asal kami yang terletak di gua emas di kaki Gunung Tschittakura. Daerah tempat tinggal kami adalah daerah terindah di dunia. Tidakkah engkau ingin ikut kami ke sana?” tanya Sang Angsa. “Dengan senang hati aku akan turut denganmu,” sahut kura-kura riang. “Tetapi, sayangnya aku tak dapat terbang seperti kalian,” lanjutnya dengan wajah mendadak sedih. “Kami akan membantumu agar dapat turut bersama kami ke sana.
Tapi selama dalam perjalanan kamu jangan berbicara karena akan membahayakan dirimu,” kata angsa. “Aku akan selalu mengingat laranganmu. Bawalah aku ke tempat kalian yang indah itu,” janji kura-kura. Lalu kedua angsa tersebut meminta kura-kura agar menggigit sepotong bambu. Kemudian kedua angsa tersebut menggigit ujung-ujung bambu dan mereka pun terbang ke angkasa. Ketika kedua angsa itu sudah terbang tinggi, beberapa orang di Benares melihat pemandangan unik tersebut.
Mereka pun tertawa terbahak-bahak sambil berteriak. “Coba, lihat! Sungguh lucu. Ada dua ekor angsa membawa kura-kura dengan sepotong bambu.” Kura-kura yang suka sekali bicara merasa tersinggung ditertawakan. Dia pun lupa pada larangan kedua sahabatnya. Dengan penuh kemarahan dia berkata, “Apa anehnya? Apakah manusia itu sedemikian bodohnya sehingga merasa aneh melihat hal seperti ini?” Ketika kura-kura membuka mulutnya untuk berbicara, dua ekor angsa itu sedang terbang di istana.
Kura-kura pun terlepas dari bilah bambu yang digigitnya. Dia terjatuh tepat di sini dan tempurungnya terbelah dua. “Kalau saja kura-kura itu tidak suka berbicara berlebih-lebihan, tentu sekarang dia telah tiba di tempat sahabatnya,” kata Sang Menteri mengakhiri ceritanya sambil memandang Sang Raja. Pada saat bersamaan Raja pun memandang menterinya. “Sebuah cerita yang menarik,” sahut Sang Raja sambil tersenyum. Dia menyadari kemana arah pembicaraan menterinya. Sejak saat itu, Sang Raja mulai menghemat kata-katanya. Dia tidak lagi banyak bicara. Tentu saja Sang Menteri amat senang melihat kenyataan itu.



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Pelajaran :
1.     Iman terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari.
2.     Islam menyerukan kepada sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dikalangan individu masyarakat muslim.
3.     Termasuk kesempurnaan iman adalah perkataan yang baik dan diam dari selainnya .
4.     Berlebih-lebihan dalam pembicaraan dapat menyebabkan kehancuran, sedangkan menjaga pembicaraan merupakan jalan keselamatan.
5.     Islam sangat menjaga agar seorang muslim berbicara apa yang bermanfaat dan mencegah perkataan yang diharamkan dalam setiap kondisi.
6.     Tidak memperbanyak pembicaraan yang diperbolehkan, karena hal tersebut dapat menyeret kepada perbuatan yang diharamkan atau yang makruh.
7.     Termasuk kesempurnaan iman adalah menghormati tetangganya dan memperhatikanya serta tidak menyakitinya.
8.     Wajib berbicara saat dibutuhkan, khususnya jika bertujuan menerangkan yang haq dan beramar ma’ruf nahi munkar.
9.     Memuliakan tamu termasuk diantara kemuliaan akhlak dan pertanda komitmennya terhadap syariat Islam.
10. Anjuran untuk mempergauli orang lain dengan baik.