Entri Populer

Selasa, 12 Februari 2013

Agus Chariri namaku


Desa Ngleter adalah sebuah desa yang berada di Kaki gunung Andong,letak tidak jauh dari kecamatan Grabag.Suatu kecamatan yang sebagian besar mata pencaharian adalah Petani.Begitu juga desa ngleter saat itu kebanyakan mereka bekerja di sawah tidak terkecuali Asjhari yang baru saja di karuniani anak laki.Asjhari percaya suatu saat ada pekerjaan yang lebih mapan.Bermodalkan sekolah di lulusan sekolah guru agama di tambah di pesantren API Tegalrejo walau hanya sampai Kelas Wahab tapi sudah lumayan dalam bidang agama,di samping dulu juga pernah nyantri di Kleteran masih juga berada di Wates bekal pesantren sudah cukup memadai untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan lika liku kehidupan.
     Sementara itu Nurhayati istri dari pak Asjhari di rumah mengasuh bayi dengan penuh kasih saying,mendidik dan merawat secara sederhana, karna pada tahun 1976 kehidupan memang masih memprihatinkan,sekedar buat makan saja apa adanya apalagi buat beli susu formula buat sang buah hati,ada sedikit kegelisahan karna tidak bisa memberikan yang terbaik buat sang bayi.Walau demikian ibu Nurhayati tidak pernah mengeluh untuk membesarkan sang anak yang bernama Agus Chariri.
    Empat bulan sudah Usia Agus,tak terasa pagi itu hari minggu Legi di mana adat di desa ngleter biasanya di adakan selamatan bagi sang bayi ketika hari lahirnya,maka di buatlah makanan kalau jawa bilang “nasi kluban” yaitu nasi yang di campur dengan sayur pakai kelapa terus di kasih ikan teri kecil, di tambah kerupuk masi tambah telur di iris kecil kecil, yang lebih asyik lagi yang makan anak anak secara beramai ramai dalam bahasa jawa di sebut “Kembulan”.Namun sebelum makan biasanya di doakan dulu oleh orang tua sang bayi yang intinya memohon keselamatan bagi sang anak juga kalau sudah dewasa jadi anak yang soleh berbakti pada ortu juga pada agama nusa dan bangsa.
     Tidak lama dari acara selamatan Pak Asjhari mendapat panggilan dari dinas pendidikan dan mendapat SK dari dekdibud tuk menjadi guru,Betapa senang Pak Asjhari menerima surat itu sambil Sujud sukur ternyata doa nya di kabulkan oleh Allah SWT.
Tapi dalam surat itu Pak Asjhari masih di beri beberapa opsi/pilihan:
Yang pertama dia harus memilih daerah yang harus di tempati ketika nantinya tugas yaitu di kota Brebes dan di cilacap.Berat rasanya meninggalkan desa kelahiran namun di dorong tugas kerja maka keluarga asjhari memilih tuk hijrah ke Cilacap menjadi guru sd di sana, tepatnya desa Maos Penisihan kabupaten Cilacap.
     Dengan di iringi tangis dari keluarga berangkatlah keluarga asjhari ke Cilacap,Entah nantinya di sana akan tinggal di mana tiada sanak saudara di daerah tersebut.Pak Asjhari percaya pasti nanti aka nada jalan baginya. Sementara di Desa Ngleter sang Ibunda Asjhari merasa sedih di tinggal anak laki laki semata wayang itu,karna setelah suaminya meninggal di Tembak belanda Ibunda Asiyah Kemudian menikah kembali dengan  Muh toha dari Wiyono memberikan keturunan istitokhoyah dan Nurkhayati,jadi antara ke dua perempuan satu Ibu beda Ayah.
     Setelah sampai di Maos Keluarga Asjhari di sambut penduduk desa dengan sederhana.Beda desa beda tradisi itulah tanah Jawa tapi walau beda tetapi tetap saudara.
Desa maos tidak begitu besar sama dengan Ngleter Cuma kalau di Desa Ngleter hawa sedikit agak dingin sedangkan di Maos ya lumayan panas jadi sedikit agak adaptasi bagi  Kel asjhari.Untuk sementara kel di tamping di RT nya yaitu bapak Murtadho termasuk orang terpandang di daerah itu,sambil menunggu tempat tinggal yang pasti.
    Sekian lama berada di rumah pk Rt, ada seorang Haji yang kaya di desa maos mendatangi kel Asjhari. Beliau menawarkan untuk menempati rumah yang berada di depannya karana rumah tersebut kosong tak berpenghuni,dulunya di tempati adiknya kemudian adik pk Haji pindah ke purwokerto,Rumah tersebut tidak begitu besar bangunan juga sudah agak tua jarang orang desa masuk ke rumah itu,pada saat itu rumah hanya di gunakan untuk Gudang beras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar