Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam
Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom
yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan
Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat
karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw
yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk
kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Kisah lain
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk
kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Kisah lain
Di zaman kebangkitan Islam dahulu terdapat beberapa sahabat yang
terkenal kerana banyak mengorbankan harta-benda dan kekayaannya untuk membela Agama Allah.
Salah seorang di antara mereka yang paling terkemuka sekali ialah Saiyidina Uthman Bin
Affan R.A. Selain daripada beliau ialah Saiyidina Abu Bakar Al Siddiq, Abdul Rahman Bin
Auf dan lain-lain lagi. Apatah lagi memang Saiyidina Uthman R.A. baik sebelum memeluk
Islam mahupun setelah Islam, merupakan satu-satunya tokoh saudagar dan peniaga yang paling
berjaya sekali. Dialah sahabat Rasul yang banyak mengorbankan harta-bendanya bagi
menegakkan perjuangan Islam.
Saiyidina Uthman Bin Affan R.A. adalah Khalifah Islam yang ketiga
sesudah Saiyidina Umar Al Khattab R.A. Beliau telah memerintah Kerajaan Islam hampir
sebelas tahun lamanya dan tahun Masihi 644 hingga 655 Masihi. Beliau memperoleh gelaran
"Zun Nurain yang ertinya yang memiliki dua cahaya. Sebabnya ialah kerana Rasulullah
s.a.w. telah mengahwinkannya dengan dua orang puterinya iaitu yang pertama kali dengan
Rugayyah dan sesudah wafatnya semasa Perang Badar, maka Rasulullah s.a.w. telah
mengahwinkannya pula dengan Kalthum. Demikian besarnya kecintaan dan penghormatan
Rasulullah s.a.w. terhadap Saiyidina Uthman R.A. Tatkala isterinya yang kedua itu pula
meninggal, Rasulullah s.a.w. telah berkata kepadanya, "Jika ada anak perempuanku lagi
hai Uthman, tentu engkau ku ambil sebagai menantu.
Sahabat besar ini termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam.
Beliau datangnya dan suku atau puak Quraisy yang paling keras sekali tentangannya terhadap
agama Islam dan Rasulullah s.a.w., iaitu puak Umaiyah. Menurut catatan sejarah, Saiyidina
Uthman Bin Affan termasuk orang kelima diajak oleh Saiyidina Abu Bakar Al Siddiq untuk
memeluk Islam. Setelah memeluk Islam, Uthman R.A. termasuk orang yang sangat dicintai oleh
Rasulullah s.a.w. kerana kemuliaan dan kehalusan budipekertinya. Memang sesungguhnya
Saiyidma Uthman Bin Affan R.A. terkenal sebagai seorang sahabat yang sangat tinggi
budiperkertinya, sangat penyantun, lemah lembut lagi pemalu. Sebagai memperlihatkan
kecintaan dan penghargaan Rasulullah s.a.w. kepadanya itulah maka beliau telah menjadi
pilihan baginda untuk dikahwinkan dengan puteri-puterinya seorang demi seorang selepas
meninggal seorang lepas satunya. Sebagai memuji keluhuran budi akhlaknya itulah Rasulullah
s.a.w. pernah bersabda kepadanya, "Malaikat sangat malu kepadamu hai Uthman. Memang
Rasulullah s.a.w. biasanya tidak keberatan menerima kedatangan para sahabatnya dalam
berpakaian yang biasa sahaja, tetapi apakala diketahui bahawa Saiyidina Uthman R.A. akan
datang mengunjunginya, maka baginda pun mengenakan pakaiannya yang sewajarnya sebagai
menghormati sahabatnya yang disegani sendiri oleh para malaikat.
Dalam suatu riwayat lain adalah dikisahkan bahawa Rasulullah
s.a.w. pernah bersabda, "Saya bermohon kepada Tuhanku supaya tidak ada seorangpun
yang pernah menjadi menantuku atau menjadi mertuaku dimasukkan ke dalam neraka. Hal yang
demikian itu tercapai oleh Saiyidina Uthman R.A. kerana Rasulullah s.a.w. pernah bersabda,
"Tiap-tiap Nabi mempunyai teman, dan Uthman adalah temanku di dalam syurga.
Ketika suasana pergolakan di Mekah menjadi tegang dan meruncing
disebabkan kaum musyrikin Quraisy melakukan tekanan yang hebat terhadap kaum Muslimin,
Saiyidina Uthman termasuk orang-orang yang turut melakukan hijrah ke Abyssinia. Saiyidina
Uthman R.A. berserta isterinya adalah termasuk rombongan yang menjalankan hijrah yang
bersejarah itu. Beliau tidak pernah memikirkan kerugian perniagaannya yang ditinggalkannya
itu kerana beliau sedar bahawa hijrah tersebut adalah termasuk dalam usaha untuk
menegakkan agama Allah. Sekembalinya beliau dan Abyssinia, beliau pun tinggallah di kota
Mekah buat sementara waktu. Kemudian beliau telah melakukan hijrah pula ke Madinah untuk
menyusul Rasulullah s.a.w. yang telahpun lebih dahulu berhijrah di kota tersebut.
Setelah berada di Madinah, Saiyidina Uthman R.A. pun mulalah
menjalankan usaha perniagaannya hingga beliau berjaya menjadi saudagar yang kaya. Namun
demikian beliau tidak teragak-agak sedikitpun bagi mempergunakan seluruh kekayaan dan
harta bendanya bagi menyahut seruan jihad bagi menegakkan kesucian Islam. Sebagai seorang
sahabat besar, banyak sekali pengorbanan Saiyidina Uthman Bin Affan terhadap Islam. Di
zaman permulaan perjuangan Islam di Madinah, pernah kaum Muslimin menghadapi kekurangan
air, lalu Saiyidina Uthman Bin Affan telah membeli sebuah kolam yang bernama Bir Ruma dan
seorang Yahudi. Pada saat itulah Rasulullah s.a.w. bersabda, "Barangsiapa yang antara
kamu yang membeli sumur Ruma lalu dijadikannya wakaf bagi keperluan kaum Muslimin serta ia
menimba air sumur tersebut maka orang yang berbuat demikian itu Allah akan menyediakan
tempat minuman baginya dalam syurga. Begitu juga tatkala Masjid Madinah rnenjadi terasa
sempit sebab semakin banyaknya orang yang bersyalat di dalamnya, maka dengan spontan
Saiyidina Uthman membeli lima rumah yang sederet di samping masjid untuk dibongkar,
kemudian dibangunkan tambahan masjid agar menjadi lebih luas dan besar lagL
Selain daripada pengorbanan harta benda, Saiyidina Uthman Bin
Affan R.A. juga adalah sahabat yang paling banyak membantu Rasulullah s.a.w. dalam
berbagai masalah. Beliau adalah salah seorang penulis wahyu dan juga pernah menjadi utusan
Rasul untuk menemui kaum Quraisy pada tahun keenam hijrah. Disebabkan besarnya
pengorbanannya terhadap Islam maka tidaklah menghairankan kiranya beliau tergolong salah
seorang yang paling diridhai oleh Rasulullah s.a.w. pada waktu wafat baginda.
Selain memiliki sifat pemalu, Saiyidina Uthman R.A. ialah seorang
sahabat akrab Rasulullah s.a.w. yang masyhur dengan sifat waraknya, kuat beribadat dan
amat taqwa kepada Allah, dia mengerjakan segala perintah Allah dan sekali-kali tidak
melanggar larangan Allah. Pada tiap-tiap tahun beliau menunaikan ibadah Haji dan dalam
sepanjang tahun pula beliau berpuasa setiap hari kecuali pada hari-hari yang ditegah
berpuasa. Beliau sangat mengambil berat terhadap kaum keluarganya dan sangat
bertimbangrasa dan kasih mesra kepada mereka. Beliaulah juga seorang sahabat yang sangat
pemurah dan sangat takut akan kemurkaan Allah, bila beliau mendengar bacaan Qur'an darihal
azab api neraka maka air matanya bercucuran keluar oleh rasa takutnya.
Khalifah Uthman Bin Affan R.A. telah dipilih sebagai Khalifah
apabila wafatnya Saiyidina Umar Ibnul Khattab apakala beliau menyatakan kesanggupannya
secara tegas kepada AbduIl Rahman Bin Auf yang bertindak sebagai formatir. Beliau ialah
seorang sahabat yang tua tatkala dilantik menjadli Khalifah iaitu ketika berumur 70 tahun.
Beliau seorang yang bersifat lemah lembut, tidak gemar menggunakan kekerasan dalam
menjalankan pemerintahannya, hal ini berbeza sekali dengan Saiyidina Abu Bakar dan
Saiyidina Umar R.A. yang menjadi Khalifah sebelum daripadanya, mereka kedua-duanya
mempunyai sifat tegas dalam menghadapi sesuatu masalah dalam zaman pemerintahannya. Pada
masa zaman pemerintahannya, keadaan pemerintahan Islam dan semasa ke semasa mula menjadi
bertambah luas dan mula menempuh satu zaman peralihan dan kehidupan asal orang-orang Arab
menuju suatu kehidupan baharu dan pada zamannyalah bermulanya zaman kemewahan hidup yang
timbul daripada hasil penaklukan negeri-negeri yang baharu.
Dalam zaman pemerintahannyalah orang-orang Islam mula merasa hidup
mewah dan menerima kemakmuran. Mereka yang menghadiri majlis-majlis jamuan Khalifah Uthman
pada zaman itu melihat perbezaan besar jika dibandingkan dengan jamuan yang diadakan pada
zaman Khalifah Umar. Sebagai seorang Khalifah beliau merasa bahawa rakyatnya berhak
menikmati hidup yang makmur itu, tetapi beliau tidak membenarkan kepada orang-orang Islam
bersenang-senang dengan nikmat kemakmuran itu hingga melanggar hukum Allah. Pada zaman
beliau ramai daripada para sahabat Rasul keluar meninggalkan bandar Madinah hermastautin
di wilayah-wilayah yang baharu diperintah oleh pemerintah Islam. Pemergian mereka itu
tidak dilarang oleh Saiyidina Uthman. Jikalau pada zaman pemerintahan Khalifah Umar para
sahabat tidak dihenarkan keluar dan bermastautin di negeri-negeri yang baharu diperintah
oleh orang-orang Islam, tetapi pada zaman Khalifah Uthman R.A. tegahan itu dihapuskan.
Saiyidina Uthman tidak begitu mengambil berat terhadap gabenor-gabenor Islam yang
memerintah di wilayah-wilayah Islam khususnya mengenai perjalanan mereka, untuk menjaga
nama baik mereka dan untuk mengelakkan daripada perkara-perkara yang mungkin menimbulkan
fitnah. Berlainan dengan Saiyidina Umar R.A. yang sangat mengambil berat tentang kedudukan
wakil-wakilnya yang memerintah.
Pada zaman peinerintahan Saiyidina Uthman Bin Affan inilah mulai
timbulnya beberapa masalah yang belum pernah berlaku sebelumnya. Timbulnya
peristiwa-peristiwa yang baharu itu bukanlah disebabkan oleh kecuaian Saiyidina Uthman
ataupun kerana beliau sengaja meringan-ringankan hukum, bahkan hukuman-hukuman yang
sewajarnya tetap dikenakan ke atas siapa juga yang bersalah yang melanggar larangan Agama
Islam. Tetapi bagaimanapun percubaan-percubaannya itu tidak menghasilkan hasil yang baik
berlainan dengan apa yang dijalankan oleh Saiyidina Umar Ibnul Khattab dalam masa
pemerintahannya dan mi menyebabkan fitnah-fitnah makin banyak berlaku antara pihak
pemerintah dengan orang ramai.
Satu perkara yang mungkin menjadi punca kelemahan pemerintahan
Saiyidina Uthman ialah sifatnya yang mudah dipengaruhi oleh cakap-cakap orang lain
terutama oleh kaum keluarganya sendiri. Mereka itu pernah mencampuri urusan pemerintahan
terutama salah seorang keluarganya yang hernama Marwan Bin Hakkam. Perbuatannya yang
membiarkan keluarganya campur tangan dalam pemerintahan serta perlantikannya ke atas ramai
anggota keluarganya dalam pemerintahan itulah yang selalunya menimbulkan rasa tak puashati
di kalangan penduduk Madinah khasnya dan rakyat Islam umumnya.
Selain daripada itu ada lagi beberapa perkara yang dilakukan oleh
Saiyidina Uthman yang telah menimbulkan rasa tak puashati orang-orang Islam pada masa itu.
Salah satu danpada perkara-perkara itu ialah keputusan membenarkan bapa saudaranya Al
Hakam Bin Abi Al As dan beberapa orang keluarganya kembali semula ke Madinah, padahal Al
Hakam telah dipenintah keluar dari Madinah kenana sikap penmusuhannya terhadap Rasulullah
s.a.w. dan Saiyidina Uthman telah merayu kepada Rasulullah pada masa hayatnya lagi meminta
baginda membenarkan bapa saudaranya itu kembali tetapi Rasulullah s.a.w. tidak membenarkan
permintaannya itu hingga pada zaman Saiyidina Abu Bakar R.A. dan Saiyidina Umar R.A. dia
tidak dibenarkan juga kembali. Apabila Saiyidma Uthman dilantik menjadi Khalifah bapa
saudaranya itu dihenarkan kembali ke Madinah., bukan setakat itu sahaja namun apabila ia
mati kuburnya dibina dengan indahnya dan anaknya yang bernama Al Hanith dilantik pula
menjadi pegawai menjaga tempat-tempat perniagaan di Madinah. Sementara perlantikan
Saiyidina Uthman ke atas anaknya Al Hakam yang bernama Marwan menjadi sebagai menteni
kepadanya itu dikecam hebat juga oleh orang-orang Islam. Beberapa orang sahabat yang
terkemuka telah membantah perlantikan itu tetapi tidak dipedulikan oleh Saiyidina Uthman.
Mengenai pengkembalian bapa saudaranya ke Madinah, Saiyidina Uthman memberitahu
sahabat-sahabatnya bahawa beliau telah memohon persetujuan Rasulullah s.a.w. dan itulah
sebabnya beliau berani melakukan demikian.
Selain daripada itu orang-orang Islam merasa tak puas hati juga
tenhadap pemecatan yang dilakukan oleh Saiyidina Uthman ke atas pegawai-pegawai yang
dilantik pada zaman Saiyidina Umar Ibnul Khattab dan digantikan dengan orang-orang baru
dari kaum keluarganya. Perkara-perkara seperti yang tersebut itu berlakunya di Madinah
pusat pemerintahan Islam pada masa itu. Sementara di lain-lain wilayah Islam tak sunyi
juga daripada adanya golongan-golongan yang menaruh rasa curiga dan tak puas hati terhadap
Saiyidina Uthman R.A. Pemenintahan Saiyidina Uthman itu mula menempuh satu percubaan yang
besar iaitu dengan tumbuhnya punca fitnah di Madinah yang akhirnya menjalar ke seluruh
wilayah-wilayah Islam yang lain. Tatkala itulah seorang musuh Islam bernama Abdullah Bin
Saba, seorang Yahudi yang mengaku dirinya memeluk Islam telah membangkitkan kemarahan
rakyat terhadap Khalifah Uthman R.A. dengan tujuan untuk memecah belahkan kaum Muslimin
sesama sendini.
Seonang sahabat yang tenkenal bennama Abu Zar juga telah menentang
hebat pemerintahan Saiyidina Uthman R.A. dengan membuat cabaran ke atas Khalifah itu dan
juga ke atas Muawiyah yang pada masa itu sebagai wakil Khalifah memerintah kota Damshik.
Di negeri Syam Abu Zar telah termakan hasutan dan Abdullah Bin Saba lalu menentang
Muawiyah kerana menurut pendapatnya pernah Mauwiyah mendakwa bahawa harta Baitulmal
semuanya adalah kepunyaan Allah bukan kepunyaan onang-orang Islam seolah-olah dia
bercadang tidak akan membahagikan harta baitulmal kepada orang ramai. Inilah hasutan yang
dibuat oleh Abdullah Bin Saba kepada sahabat tenkenal iaitu Abu Zar yang memang berjiwa
militan dan keras itu. Memandangkan bahaya dan pengaruh Abu Zar itulah maka akhinnya
Saiyidina Uthman Bin Affan mengambil tindakan untuk mengasingkan Abu Zar Al Ghifari dari
orang ramai lalu dibuangnya ke satu tempat bernama Raudah. Di tempat pembuangannya itu
beliau terus-menerus juga membuat kecaman ke atas Saiyidina Uthman R.A. hingga akhin
hayatnya beliau meninggal dunia pada tahun 31 Hijrah.
Sementara itu kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara gigih oleh
Abdullah Bin Saba untuk memecah-belahkan ummat Islam telah mendapat kejayaannya di Mesir,
Kufah dan Basrah. Beliau telah benjaya mempengaruhi jiwa orang ramai dengan menyebarkan
satu fahaman yang belum pernah dibawa oleh sesiapa sebelum itu bahawa kononnya Nabi
Muhammad s.a.w. ada menetapkan seorang penggantinya iaitu Saiyidina Ali Bin Abu Talib R.A.
Di Mesir Muhammad Bin Abu Bakar, iaitu anak Khalifah Abu Bakar Al-Siddiq telah menyokong
gerakan Abdullah Bin Saba itu kerana didorong oleh pertalian kerabat antaranya dengan
Saiyidina Ali R.A. iaitu sebagai anak tiri kepada Saiyidina Ali Bin Abu Talib yang
beristerikan balu Saiyidina Abu Bakar R.A. iaitu Asma Binti Umais ibu Muhammad Bin Abu
Bakar. Muhammad Bin Abu Bakar menentang keras pemerintahan Saiyidina Uthman kerana sepucuk
surat yang dihantar oleh Marwan Bin Hakkam dari Madinah kepada Abdullah Bin Saba, gabenor
Mesir menyuruhnya membunuh Muhammad Bin Abu Bakar dan juga membunuh sekelian orang yang
menyokong Muhammad sama ada dan golongan Muhajirin ataupun dan Ansar.
Kesudahannya golongan-golongan yang menentang Khalifah Uthman Bin
Affan yang datangnya dan wilayah Mesir, Kufah dan Basrah itu membuat satu pakatan menuju
Madinah untuk mengemukakan tuntutan-tuntutan meneka kepada Khalifah. Apakala mereka dapati
tuntuntan-tuntutan mereka itu tidak dapat ditunaikan sepenuhnya oleh Khalifah maka mereka
pun melakukan kepungan terhadap istana Khalifah Uthman Bin Affan. Setelah beberapa hari
melakukan kepungan, mereka akhirnya merempuh masuk lalu membunuh Khalifah Uthman Bin Affan
yang tenkenal kenana sifat sabar dan santunnya itu. Ketua pemberontakan itu bernama Al
Ghiffari telah memukul Saiyidina Uthman dan kemudiannya diiringi pula oleh tetakan dengan
pedang dari seorang pemberontak lain, pukulan mana disanggah oleh isteni Saiyidina Uthman
bernama Naelah dan kena pada jari tangannya lalu putus. Akhinnya Saiyidina Uthman mati
terbunuh pada 35 Zulhijjah tahun 35 Hijrah dan akibat dan kewafatannya itu maka bermulalah
babak-babak yang mendukacitakan dalam lembaran sejarah Islam.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا
فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ
أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي
يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا
أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي
يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي
يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي
لأُعِيْذَنَّهُ
[رواه البخاري]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari
Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang
memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada
taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali
dengan beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan
hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil
(perkara-perkara sunnah di luar
yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya
maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar,
penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang
digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan.
Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta
perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi “ Riwayat Bukhori.
Pelajaran yang dapat diambil dari hadits/الفوائد من الحديث:
1. Besarnya kedudukan seorang wali, karena dirinya diarahkan dan dibela oleh Allah ta’ala.
2. Perbuatan-Perbuatan fardhu merupakan perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah ta’ala .
3.
Siapa yang kontinyu melaksanakan sunnah dan menghindar dari perbuatan
maksiat maka dia akan meraih kecintaan Allah ta’ala.
4. Jika Allah ta’ala telah mencintai seseorang maka dia akan mengabulkan doanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar